Data
buku kumpulan puisi
Judul : Indonesia Setengah Tiang
Penulis
: Toto ST Radik
Cetakan : I, 1999
Penerbit : Komunitas Sastra Indonesia
(KSI), Tangerang
Pencetak : ADIB bersaudara
Tebal : xx + 47 halaman (32 puisi)
ISBN : 979-95602-1-9
Setting : Adi SK
Layout : AEF Sanusi
Sambutan : Wowok Hesti Prabowo (Ketua
KSI)
Pengantar : Eka Budianta
Beberapa pilihan puisi Toto ST Radik dalam Indonesia Setengah
Tiang
DUNIA MANUSIA
dunia manusia terlalu membosankan. terlalu
daging: mudah busuk dan berulat dengan bau
yang enggan hilang
terlalu
banyak mulut di kepalanya yang kecil. membual
di panggung menjual sorga membeli tuhan
betapa mengerikan
mendengarkan seluruh dustanya. setangkai mawar pun
tanggal dan menangis. sepasang merpati terbakar
bulubulunya dan mati. angin berhenti. laut
diam. bulan dan matahari bersembunyi
menjauhi hari
dunia manusia alangkah menyedihkah. alangkah
menyedihkan
Serang, 1998
HUJAN MENDERAS SETIAP HARI
hujan menderas setiap hari
kotakota bersembulan serupa cendawan yang bebal
umbulumbul seratus warna berkibaran
tetapi siapakah yang menyerah lagi
berumah di tendatenda plastik
di gerbonggerbong kereta?
hidup bagai layanglayang putus benang
angin mengusir atas nama cuaca
masa depan ialah dusta hurufhuruf koran
omongkosong radio
dan ninabobo televisi
bagaimanakah mengembalikan jejak pelangi
yang kauhapus dari kitab suci?
hujan menderas setiap hari
kampungkampung berdarah oleh teror
gelombang huruhara menunggu ketokan palu!
Serang, 23.1.1995
DARI SENIN SAMPAI MINGGU
dari senin sampai minggu
korankoran menuliskan kematian bumi
hutanhutan terbakar sawahsawah tenggelam
kampungkampung tergusur dari peta
tumbuh kotakota dihuni batubatu
manusia sembunyi di balik baju
menyihir kanakkanak menjadi boneka seutuhnya
berbaris membangun pabrikpabrik
dari senin sampai minggu
ketamakan dan ketakutan
bergandengtangan
meninggalkan bahasa
tersesat dalam gerak kelewang dan peluru
ayatayat airmata beterjunan
dari senin sampai minggu
Serang, 2.5.1994
KAPAK DI DINDING KAMAR
setiap malam, kapak di dinding kamarku
meneteskan darah: seorang lagi (mungkin ribuan)
terkapar oleh taring kekuasaan
sebelum do’a sempat diselesaikan
kekuasaan memang tak pernah bisa bersabar. menunggu
barang sebentar. belajar membaca manusia dan
menghayati seayat puisi cinta. ia, yang bernama
kekuasaan itu, seperti dongeng drakula
yang bersicepat dengan cahaya matahari
senantiasa meminta leherleher putih sebagai tumbal
bagi kemudaan dan kelanggengannya. tetapi sang drakula
masih sedia tidur pada siang hari
sementara sang kekuasaan, tidak
setiap malam, kapak di dinding kamarku
meneteskan darah. meneteskan darah!
sedangkan televisi (juga surat kabar) terus menyanyi
menggunting pita menawarkan kembang gula
dan kita
terus takjub dalam pesona sihir
lupa bahwa di luar penuh ancaman
Serang, 24.5.1996
AKU DI TENGAH SAWAH
tetapi hari ini segalanya telah menjelma
potonganpotongan daging yang saling melukai
dan berteriakteriak mengumumkan perkelahian
aku terpencil di sini
di tengah sawah
cinta telah terpelanting dari langit
dan terbakar di atmosfir
hujan api beterjunan ke bumi
aku ketakutan di sini
di tengah sawah
sekeliling: semata ancaman!
Mandalawangi, Pandeglang, 13.1.1996
LAGU ORANG SAWAH
matahari dan bulan tak pernah singgah lagi di sini, kekasih
dan sawahsawah tempat kita dulu biasa mencari belut telah
menjelma akuarium kota yang sesak oleh batubatu, pecahan
beling, rumput plastik, pipapipa besi berkarat, juluran
kabel, dan lampulampu yang menolak waktu. sejarah tak pernah
menjadi milik kita. tetapi sebuah kendaraan yang menderas
lepas seribu kilometer per jam. kita cuma penumpang dengan
sesobek karcis yang mahal: membayar
kecemasankecemasan
dalam ketidakpastian arah menuju
maka aku rindu memelukmu, kekasih. menghirup wangi padi
dari tubuhmu yang putih serta mengecup bibirmu yang lembut
dan manis: menepikan gelisah yang terus tajam mengirisiris
hati kesadaranku. sementara kenangan, milik kita satusatunya
kian kusut dalam jiwa yang terceraiberai. yang diceraiberai!
Serang, 9.2.1996
NEGERI SAWAH YANG LELAH
negeri sawah yang lelah
terlipat dalam buku sejarah
di atas sprei yang berdarah
tanpa mempelai
tubuh perawannya yang hijau telah membusuk
kelaminnya remuk dan mencair seperti bubur
sperma dan serbuk mesiu masih tersisa di situ
bersama ribuan belatung dalam pesta sendawa
“berabadabad tak ada telinga dan mata
di sini,” katanya sedih, “hanya
mulutmulut yang lepas dari kepala
berderakderak berebut pengeras suara.”
negeri sawah yang lelah, tanah-airku
perawan yang koyak dijarah para pezinah
wangi padi dan harum rempahrempah
tinggal kepingkeping kenangan yang gosong
yang gosong dan dilupakan
: sejarah telah sempurna pada bab kematian
Serang, 1998
AKU DI PUNGGUNG PATUNG KERBAU
selalu engkau bercakap tentang kampung yang subur
tetapi yang berhamburan dari mulutmu ialah kawanan
tikus pemusnah sawah. cangkul dan bajak dan kerbau
mengubah diri menjadi batu. menjadi patung
aku di punggung patung kerbau
meniup seruling dengan airmata
: lagu perih yang penghabisan
senja pun bergegas
dan langit kehilangan bulan
Serang, 25.4.1996
BATUBATU SUNGAI
BATUBATU LANGIT
: Cecep Syamsul Hari
batubatu sungai menyanyi
batubatu langit meludah
batubatu sungai menari
batubatu langit menyumpah
selamat datang di negeri sunyi
mengajilah seorang diri
samadi di dasar pusaran katakata
membaca sejarah dengan mata pecinta
batubatu sungai menyanyi
batubatu langit menyerapah
batubatu sungai menari
batubatu langit mendebah
selamat datang di negeri pesta
menangislah seorang diri
atau belajarlah melahap pizza
dan hilirmudik dalam mesin fotokopi
batubatu sungai hening dan matang
batubatu langit risau dan rapuh
Serang, 5.11.1996
INDONESIA SETENGAH TIANG
ATAWA IGAUANIGAUAN BURUNG ALAPALAP
I: hello, darkness
(ha)
gelap. hurufhuruf tak laku
katakata terusir dari sorga
seribu cacing bicara
seribu tuhan menuliskan kiamat
(na)
gelap. kiamat di mejameja seminar
radio televisi koran berbisikbisik
sambal terasi dalam plastik
sudah musim keterbukaan
(ca)
gelap. keterbukaan di pahapaha
cinta cuma sepotong roti
indonesia di mana?
diamdiam pemberontakan
(ra)
gelap. pemberontakan mengusung keranda
kredo versus pidato
petanipetani menyanyi indonesia raya
tikustikus menyerbu kuburan
(ka)
gelap. kuburan di bawah bulan
pintupintu bilang silakan masuk
selamat lebaran, euy
kiamat ditunda dalam pamfletpamflet
(da)
gelap. pamfletpamflet tumbuh sajak
manteramantera kehilangan tuah
banyak bicara banyak rejeki
siang malam nonton sulapan
(ta)
gelap. sulapan di atas ranjang
harimau mati tinggalkan belang
sepulau emas seperut tak kenyang
manusia mati tinggalkan hutang
(sa)
gelap. hutang nyawa bayar darah
mayatmayat ditandatangani
matahari bangun kesorean
bebekbebek menjual mulut
(wa)
gelap. mulut anakanak penuh televisi
sawahsawah mampus dalam kenangan
ssst, dilarang berisik
ayah-ibu sedang menggambar peta
(la)
gelap. peta tak selesaiselesai
mustahil dimengerti pada sehelai saputangan
belantara ini bukan taman
heh, tuan rupanya tuhan
gelap.
1994
II: chaos
(a)
malammalam gulita rumahrumah terbakar
langit menelan suarasuara
logam panas menusuki perutperut lapar
kebenaran bergoyanggoyang dalam belanga
(b)
belanga pecah darah jelaga
cinta menjelma mataair airmata
clurit dan gergaji berkelebat
tuhan tersayat di ayatayat
(c)
ayatayat membeku dalam kulkas
keranda berjatuhan di subuh sunyi
sepotong daging menangisi bulan emas
ulamaulama berdzikir kursi kursi kursi
(d)
kursikursi ialah panglima
bungabunga terkapar di trotoar
merkuri menikam perih fajar
ketawa tak sampai sorga
(e)
sorga mengirim cuka bagi luka
katakkatak sembunyi dalam kotakkotak
tandatangan memerintah dunia
bulan dan matahari kehilangan jejak
(f)
jejak pengembara di gununggunung
kanakkanak mengerang dalam tempurung
24 jam nonton televisi
beribu debu menuliskan puisi
(g)
puisi terang puisi gelap
mata kiri mata kanan
sebuah dunia telah lengkap
angina mati di atas kuburan
(h)
kuburankuburan bertenggelaman
kotakota tumbuh dalam kecemasan
manusia pecah beribu kepingan
si penjaja berteriak: pertumbuhan!
(i)
pertumbuhan! pertumbuhan
akar rumput tak tersentuh fajar
sungai terkulai sebelum lautan
ulatulat mengganyang mawar
(j)
mawar berlari dari stasiun ke stasiun
kereta telah jauh berangkat
suratsurat tak menemu alamat
hujan menarinari menggendong racun
(k)
racunracun bersarang di pucuk lidah
hidup dipukau kesaktian uang
filsafat di atas filsafat di bawah
semesta berhenti di basah ranjang
(l)
ranjang emas kiblat pengantin
ikan asin ditendang dari dapur
nuklir meledak bunda tersungkur
bayibayi gemuk asuhan mesin
(m)
mesin dan ular bersetubuh
petani menangis di punggung kerbau
sungai rohani betapa keruh
nasib bengis berpupur cahaya kemilau
(n)
kemilau pisau mengekalkan kabut dukacita
topengtopeng di antara karangan bunga
almanak menua di dindingdinding gua
tibatiba dunia terasa sangat siasia
(o)
siasia menyusun abjad
terik kemarau menghanguskan alifbata
kitabsuci tinggal jasad
abad yang takut abad yang celaka
(p)
celaka tigabelas!
nurani menggelepar dalam jala
dalang mabuk membanting gelasgelas
wayangwayang mainkan bendera
(q)
bendera kibarkibar setengah tiang
langit mendung hantuhantu gentayangan
gonggong anjing sepanjang dendang
kulit belang mengancam kemerdekaan
(r)
kemerdekaan tikam menikam
harihari berlari sempoyongan
masa depan bayangbayang kelam
anakanak zaman dikunyah iklan
(s)
iklaniklan meradang menerjang
gula sebutir berjuta semut
tipudaya kebijaksanaan pintu belakang
lipanlipan dalam selimut
(t)
selimut tebal rahasia kekal
gerimis pagi mengusir matahari
telepon mengirim cinta dan ajal
korankoran sunyi meditasi
(u)
meditasi di tepi jendela
mainan plastik seliweran dalam taman
cendikiawan bergegas ke awanawan
jejak sepatu membiru di payudara bunda
(v)
bunda meregang nyawa lalu membatu
meja sejarah menggelinding dadudadu
super market belanja manusia
malin kundang menggunting pita
(w)
pita mewarnai menghias peti mati
pilu tangis di dasar sumur
sepuluh malaikat turun ke bumi
seratus makelar menawarkan kubur
(x)
kubur nenek moyang mencari peta
ramburambu berubah tak sampai sedetik
cuaca ditulis antara paha dan dada
tanah lapang memanggilmanggil pabrik
(y)
pabrikpabrik menyihir padi jadi kerikil
saputangan putih rindu kecup kekasih
cinta mengerang diburu pikiran dekil
cakrawala mengelabu di sajaksajak letih
(z)
letih aku perih aku si burung alapalap
terbang malammalam mengigaukan alamatalamat kelam
maka berilah fajar abadi meski diamdiam
kekasih, bersamamu aku ingin tidur lelap
1994
III: paradise lost
(1)
tetapi aku burung alapalap yang terkutuk
kematian yang kuminta tak kunjung tiba
nyanyianku selalu berujung alamat buruk
sampai habis manusia sampai habis nama
(2)
namanama memahat diri di batu sejarah
pidato dan kredo berhamburan membunuh bahasa
harihari melulu luka membanjir darah
nyeri penyair nyeri dunia
(3)
dunia hanya lalulintas tipudaya
kartu domino berserakan di bawah tilam
merah-kuning-hijau di langit yang hitam
mewakili siapa wahai diwakili siapa
(4)
siapa mencari disergap sunyi
siapa melidah dihadiahi ludah
siapa menjadi ditikam belati
siapa mewajah dihujani amarah
(5)
amarah qabil membantai habil
burung gagak menggali kuburan
beribu tahun ditundukkan nafsu jahil
104 kitabsuci busuk oleh pengkhianatan
(6)
pengkhianatan di tiap ruang di tiap waktu
do’ado’a ditukar bedak ditukar gincu
kebenaran menjadi perkara kosmetika
kekerasan menjadi metode menjadi berhala
(7)
berhalaberhala menawarkan tahta
pisau lipat berbaris upacara minta nyawa
tangan pilatus mengetuk semua pintu
rumahrumah menggigil dikepung hantuhantu
(8)
hantuhantu memburu hingga taman firdaus
sungai susu ditimbuni sperma kimia
nabinabi mengerang diganyang virus
sekutu-seteru tak jelas rupa dan warna
(9)
warna pelangi kehilangan arti
peradaban berhenti di titik nol
tanah harapan lima rupiah ganti rugi
27 juta dhuafa njomplang dalam botol
(10)
botolbotol celaka dikemas dijajakan
para pewarta dikalungi bom waktu
kemerdekaan sujud mencium kaki ketakutan
genangan airmata iktikaf di jantung batu
(11)
batubatu menggelinding bersama ular berbisa
malapetaka menghadang di tikungan jalan
kemanusiaan dipamerkan dalam etalase kaca
televisi menyihir agama jadi hiburan
(12)
hiburan mengusir renungan mengundang ranjang
tanpa salam kecoakecoa menari di jasad wirid
pasalpasal kematian plesetan ramalan bintang
malam ganjil malam ganjil mencaricari masjid
(13)
masjidmasjid mengungsi ke megamall ke tamantaman
takbir diarak tuhan dikunci dalam peti kemas
detikdetik emas peristiwaperistiwa cemas
selamat merdeka! selamatkan kemerdekaan!
1995
IV: paradise lost, 2
(1)
soraksorak bergembira
sudah bebas negeri kita
hantuhantu berkeliaran bergentayangan
lipstik dan peluru adalah kekuasaan
(2)
kekuasaan mengusir malaikat
dupa dan keris menjaga pintupintu
bibir penuh lender hati penuh ulat
airmata meruncingkan potongan bambu
(3)
bambu dan batu berlarilari di jalan
bunga kamboja memesan kematian
darah mengucur dari album keluarga
seribu orang hilang dalam celana
(4)
celana monyet untuk pergi kenduri
buku tamu di ketiak panitia
kanakkanak tertawa geli
ayah-ibu main gundu selusin warna
(5)
warna bendara hanya dagangan
patungpatung tanpa kepala naik panggung
berjuta mikropon meneriakkan persahabatan
ular dan tikus selingkuh di belakang punggung
(6)
punggung bolong di dahan pohon
telepon berdering setiap malam
kotakota terbakar lemparan mercon
nabinabi menangis di dalam makam
(7)
makam keramat di langit tinggi
bidadari mabuk minuman keras
seribu mulut memburu kursi
Tuhan ditukar sekarung beras
(8)
Beras ditimbun di gudanggudang
komputer menghitung gunung dolar
televisi menyanyi pinggul bergoyang
petani terkapar diganyang lapar
(9)
lapar menetes menjadi api jadi darah
meja dan sepatu mencuci diri dengan sabun
anjing menggonggong kafilah meludah
bunda membusuk di pangkuan dukun
(10)
dukundukun menyebar teluh
bungabunga gugur diterjang celeng
menjaringi ikan di laut keruh
dalang tertawa di balik topeng
(11)
topeng putih topeng hitam
tekateki silang di buku sejarah
bulan dicincang matahari dirajam
negeri yang ramah o negeri amarah
(12)
amarah bumi bertumbuk angkara langit
pelanduk mati di selangkang gajah
hutang tak terbayar negara pailit
orangorang terkapar di bangkai sawah
(13)
sawah dijarah kerbau mengamuk
gunung berapi meledak di jalan raya
cinta palsu bersekutu akal busuk
sorga binasa neraka menjelma
1997
V: terra incognita
(pa)
rawerawe rantas malangmalang putung
rupiah ambruk di meja judi
badutbadut berkawan banditbandit
para pencoleng berlagak di televisi
(da)
televisi mabuk cinta benua seberang
kanakkanak menggelepar busung lapar
ali-baba ramairamai buka warung
empat mahasiswa terkapar di jakarta
(ja)
jakarta hangus dimakan api
ribuan nyawa lenyap dalam sehari
horor dan teror filsafat kekuasaan
ayam dan anjing sembunyi di pantat raja
(ya)
raja tua kapok jadi presiden
tinja berceceran di gedunggedung
pohon beringin kehilangan keramat
para pelacur memborong jubah pendeta
(nya)
pendeta dan ulama gulung celana
seratus partai memburu tandatangan
kecoakkecoak memburu harimau
buku sejarah digenangi darah
(ma)
darah mengalir dari pulau ke pulau
peluru berdesingan clurit berkelebatan
sirkus binatang panggung ketoprak
hukum rimba undangundang gila
(ga)
gila harta gila kuasa
kursi butut menindih agama
bayibayi menghunus golok
ibu dan ayah membakar kemenyan
(ba)
kemenyan mengepul di ruang sidang
siang malam adu domba
dulu petrus sekarang ninja
dalang terbahakbahak di kamar mandi
(ta)
mandi kembang tujuh rupa
mulut lebar bau abab
kurakura dalam sepatu
perahu berlayar tanpa peta
(nga)
peta meledak seratus serpihan
bunda menangis di bukit tengkorak
gergasi bermunculan dari comberan
selamat datang di negeri sinting dan barbar!
1998
HARI INI TIDAK ADA PUISI
hari ini tidak ada puisi
udara penuh tuba. tipumuslihat
dan lolong mayatmayat
Serang, 1998
Tentang Toto ST Radik
Nama lengkapnya Toto Suhud Tuchaeni Radik, lahir di desa
Singarajan, Serang, 30 Juni 1965. Menyelesaikan kuliah di PLS-FKIP Universitas
Tirtayasa Banten (1992). Selain menulis puisi, juga bergiat di teater dan
menulis naskah panggung. Mendirikan dan memimpin Lingkaran Sastra dan Teater
(LiST). Pernah menjadi wartawan harian Sinar Pagi, Jakarta (1987-1988),
saat ini menjadi PNS di sebuah desa dan tinggal di sebuah kampung di pedalaman
Serang. Puisinya terdapat di berbagai media massa dan antologi puisi bersama.
Kumpulan puisi tunggalnya: Mencari dan Kehilangan (1996)
Catatan Lain
Di bagian awal buku, ada
dua tulisan, yaitu Sambutan Ketua KSI oleh Wowok Hesti Prabowo dan Prolog oleh
Eka Budianta. Kata Eka Budianta: “Karya-karya Radik, berfungsi seperti monumen
bagi kehidupannya. Ia menelan dan mencerna semua kepedihan, kegelisahan dan
ancaman zaman yang sedang dilaluinya, tanpa memunculkannya sebagai slogan.
Penyair yang berbakat ini mengolah pengalaman fisik menjadi kekayaan batin. Ia
menyindir pamflet yang tumbuh menjadi sajak, dan ‘mantera yang kehilangan
tuah’. (hlm. xi).
Ada juga pernyataan seperti
ini: (terkait suasana zaman yang semrawut)… “Pertanyaan kita sekarang, apakah
Toto ST Radik menyadari dan mau mengambil peran sebagai saksi zaman yang menyedihkan
ini?/Tentu ia masih harus berkembang. Toto masih harus banyak belajar, menggali
dan mengembangkan bakat-bakatnya. Gairahnya tak boleh berhenti hanya pada
penyataan:
hari ini tidak ada puisi
udara penuh tuba.
tipumuslihat
dan lolong mayatmayat
Di sinilah terungkap kelemahan Toto ST Radik. Penyair tak
boleh berhenti pada keputus-asaan. Bahkan Chairil Anwar yang luka parah, terus
berlari, meradang dan menerjang. Serta ‘aku mau hidup seribu tahun lagi’./Hal
ini yang masih harus dijawab oleh Toto ST Radik. Apakah selain sudah meratap
ribuan tahun, ia masih sanggup dan bersedia membangun kehidupan yang lebih baik
ribuan tahun ke depan?” (hlm. xiii).
Dua
tulisan di awal buku, juga menyiratkan ucapan terima kasih kepada Dr. Janet E.
Steele, seorang professor di Goerge Washington University, USA, yang turut
mensponsori penerbitan buku ini. Diceritakan bahwa ketika terjadi kerusuhan Mei
1998, ia menolak diungsikan ke Singapura. Tunjangan transportasi yang diperoleh
malah disumbangkan untuk menghargai aktivis buruh yang rajin melukis, main
teater, musik keroncong, termasuk menerbitkan buku puisi. (hlm. xv).
Indonesia
Setengah Tiang adalah kumpulan puisi terbaik yang mendapat Hadiah Komunitas
Sastra Indonesia (KSI) 1998. Lomba diikuti oleh 21 orang, terdiri dari 20
transkrip kumpulan puisi, 1 kumpulan cerpen, 1 kumpulan puisi dan cerpen, dan 2
naskah drama. Penulis yang mengikuti lomba al: 1. I Wayan Arthawa (Bali), 2
kumpulan puisi “Melukis Lintasan” dan “Luka Burung Menapak Langit”, 2. Budi
Tunggal Rahayu (Semarang) – “Dan Kematian Tidak Akan Meninggalkanmu”, 3. Idris
Siregar (Deli Serdang) – “Lukisan Musim”, 4. Toto ST Radik (Serang) –
“Indonesia Setengah Tiang”, 5. Muhary Wahyu Nurba (Ujung Pandang) – “Sekuntum
Cahaya”, 6. Husnul Khuluqi (Tangerang) – “Sketsa Kemarau”, 7. Wig S.M. (Bekasi)
– “Koinobori”, 8. Nanang R. Supriyatin (Jakarta) – “Perempuan Kabut”, kumpulan
cerpen, 9. Viddy Alymahfoedh Daery (Jakarta) – “Telapak Tangan”, kumpulan prosa
dan puisi, 10. Shobir Poer (Jakarta) – “Kota yang Luka Negeri yang Perih”, 11.
Hafney Maulana (Riau), dengan 25 puisi, 12. Erwan Juhara (Bandung) – “Siapa
Suruh Datang Jakarta”, 13. Ary MHS Ce’gu (Jambi) – “Darah”, kumpulan puisi dan
2 naskah drama “Rekonstruksi” dan “Sistem Kawin & Obrolan”, 14. Sarjuki
(Tangerang) – “Bapak Direktur yang Baik Hati”, 15. Tomy Tamara (Maros), -
“Binrolle”, 16. S. Peni (Tangerang), dengan sekumpulan sajak, 17. Hoerip Kaeste
(Karawang), dengan enam judul puisi, 18. Kenny Karunia Thaharah (Jakarta) –
“Serial Patah” dan 19. Deka Kurniawan (Bogor) – “Kumpulan Pelajaran Ilmu Jiwa”,
kumpulan puisi. Selain 19 orang ini, ada 4 peserta lagi yang oleh panitia
dianggap tidak memenuhi syarat. Kira-kira demikian.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar