Data Kumpulan Buku Puisi
Judul : Di Balik
Kulit dan Belulang
Penulis : Imam Budiman
Format buku :
E-book, Jakarta
Terbit : April 2018
Tebal : 95 halaman
(73 puisi)
Sepilihan puisi Imam Budiman dalam Di
Balik Kulit dan Belulang
Wajah
Ibu dalam Skripsi
di
lembar-lembar skripsi,
kucari-cari
sisa wajah ibu.
bagaimana
kabar ketulusan
di balik
purba rahimnya?
ibu lebih
setia merentang jarak
di antara
lembah dua spasi.
di sela
kata, ia mengintip dengan tatap yang entah.
di celah
waktu, ia mendoakan meski tiada kabar.
di ujung
bab lima, ia purna menuju Tuhan.
2016
Kota Jakart[u]a
wajah kota
gerah pucat serupa mayat
kita
sepakat menabur di makam istirahnya,
menjadi
bagian sekelompok arakan pelayat
kaum gardu
datang menyesaki tubuhnya
ibu-ibu
menata gorengan berdebu, dijualnya
anak-anak
bermain kencing abu, dibungkusnya
mari
memesan tiket bus untuk pulang ke desa,
kita sudah
tak layak hidup di kota mayat ini
2016
Kuah Sup
semangkuk
kecil kuah sup
dengan
cecahan wortel dan kol
menjadi
pengantar tidur si anak gubuk
dalam
tidur, ditemuinya ayah wortel
dan ibu
kol di rumah mangkuk
-keduanya
sedang bercinta
di dalam
didih panci
ia
membisikkan ke kuping panci:
kulumat
kau, yah, sehabis-habisnya
kuremah
kau, bu, sepayah-letihnya
namun
selamanya ia merasa lapar
di
sela-sela giginya yang tinggal piatu
2016
Masa Depan Dua Tubuh
sejejak
udara mengenang pelbagai macam wewangian
remah
cengkih dirembuk bertalu, juga harum pagar damar
dihafalkannya
wangi itu demi menyatu pada leluhur
juga demi
berlangsungnya sebuah ikatan sehidup-semati
aku
meminangmu, serumit persegi sarang lebah
yang
dirawat sekian waktu hingga ia padat membatu
kita kerap
bergerak pada alur pohon yang suka berubah
demi
perbincangan di beranda soal bilangan anak-cucu
2016
Membaca Perempuan dalam Drupadi
; Seno Gumira Ajidarama dan Ayu Utami
lampu-lampu
bermekaran
bangku-bangku
terisi badan
sabda
mahabrata direka ulang
puluhan
pasang telinga
menyimak
masyuk
dua orang
berbicara
tentang
satu tema
kelindan
wacana
wujud kata
perem
puan
ku
tubuhnya
bagi 5 pandawa
kuasanya
utuh berpeluh
bermain
dan melenguh
dua orang
itu pun khatam
berkata
dan merajam
lalu ada
yang melacak tanya
lalu ada
yang mencuri gambar
lalu ada
yang memungut tanda
lalu ada,
yang ada lalu, lalu ada
adakah
kita akan menjadi
tanpa
harus dijadikan?
2017
Di Balik Kulit dan Belulang
di seruas
daun pala, seekor serangga berkepala puisi menulis
semacam
isyarat kata yang sulit dibaca jika dieja sekilas saja.
isyarat
itu, oleh para penafsir sebuah pagi, memiliki
kemungkinan
ditujukan kepada kekasih, sebelah
sayapnya
remuk dihantam oleh serdadu angin:
--
kau
melahirkanku dan aku memeranakkanmu
tubuhku
terdiri dari tulang-belulangmu,
tulang
belulangmu terdiri dari padatan darahku
kulitmu-kulitku
bahan abadi lelayang waktu
2016
Dua Tokoh Dalam Kepala Pengarang
di suatu
pagi, sembari menanti air yang dijerangnya mendidih
untuk
menyeduh segelas kopi. seorang pengarang ingusan yang
juga
berstatus sebagai mahasiswa yang belakangan mulai tak
berselera
untuk berkuliah -meski telah dijamin beasiswa penuh-
itu ingin
mengeluarkan dua tokoh rekaan yang mendadak hadir
dalam kepalanya.
sebab,
selama ini ia cukup merasa terganggu dan tak nyenyak
tidur
dengan suara-suara riuh yang memenuhi liang tengkorak
kepalanya
yang kerap bersitengkar tengah-tengah malam. dan
pagi ini,
keduanya diusir tanpa sempat diselipkan rasa iba oleh
tokoh
rekaan lain yang masih mendekam. pengarang itu kira-kira
menulis
begini dengan perasaan tak keruan:
aku si
ranting batu
dan kau
si daun ketela
kita
bernasib sama; tak dihirau oleh pemilik rumah tak berpintu
dan tak
jua berjendela yang mukim di pojok kampung ini -orang
yang
tinggal di dalamnya telah sepakat untuk tidak saling bicara
maupun
membangun interaksi dengan dunia luar-
dulu kau
pernah ingin bercerita padaku suatu hal, dan kau
memintaku
agar berjanji untuk tidak menceritakan pada
siapapun.
tentu aku tegas menolak. aku bukan perawat rahasia
yang
panut, bantahku. tapi kau selalu merasa hanya aku satu-
satunya
yang dapat dimintai pendapat soal ini. dan aku tetap
bersikeras,
berulang kali menolak.
dan kau
tetap mendongengkannya, tak peduli kudengar atau
tidak, kau
yakin benar kalau aku takkan buka suara mengenai hal
ini kepada
kawan-kawanku. akhirnya aku luluh. menjadi
pendengar
keluhan orang lain nampaknya cukup baik mengatasi
kekosonganku
pagi gerimis kali ini.
kau tahu,
ujarnya mengawali, wajahnya menadah ke cakrawala,
seperti
ingin mengabarkan suatu teka-teki yang sukar
terjawabkan.
awan-awan itu adalah sisa-sisa hembus napasku
yang tak
mau hilang dan kini justru menggumpal di lelangit.
hembus itu
mengawang lepas sedari dulu; sewaktu aku baru
menjadi
doa yang dihatur ibu bapakku ketika semayam di tubuh
arasy.
tepatnya sebelum aku dikutuk menjadi daun yang
diabaikan
seperti ini.
lantas apa
aku harus memercayai kisahmu? apa kau sedang
berlagak
surealis?
tidak.
tapi kau harus tahu, kau adalah jelma matahari yang diutus
Tuhan
untuk lebur dan menelusup dalam heningku.
menjembataniku
untuk kembali ke ambang Sidrat al-Muntaha.
mau
sampai kapan kau mengada-ngada?
aku si
ranting batu! kau harus percaya.
tidak. kau
gila. jangan memperumit hubungan kita sebagai
kawan.
kita mesti mafhum bahwa kita dicipta hanya sekadar
tempat
singgah sepasang burung pipit yang mencari tempat
untuk
bercinta. setelah itu, usailah tugas kita sebagai makhluk.
dan kita
akan kembali bersama menuju-Nya. jadi, jangan
mengarang-ngarang
cerita lagi.
aku tidak
sedang mengarang. jangan asal menuding gila. enak
saja. si
pengarang cerita inilah yang menghendaki aku
mengatakan
ini padamu. tuding saja ia yang suka mengkhayal
nyeleneh
itu.
keduanya
menatap wajah si pengarang yang berhadapan dengan
sederetan
kata-kata di layar monitor laptopnya. lekat. penuh
ketidaksukaan.
membiakkan segala kebencian.
2016
Doa Untuk Kita
aku selalu
yakin kekuatan doa, katamu
yang
kuhaturkan kepada berlipat-lipat langit
kepada
basah dedaunan seusai hujan kecil
kepada
akar-akar pepohonan yang diamuk sepi
dan tentu
saja kepada pemiliknya yang Mahasuci
: kita
akan satu, dan suatu masa kita akan bertemu
aku selalu
yakin dengan cara kerja doa
yang
kaubacakan, meski tak pernah kudengar
aku selalu
yakin bagaimana doa berfungsi
untuk
kehidupan yang lupa kita maknai
aku selalu
yakin bahwa doa dan keberserahan diri
akan
membawa kita kepada jalan sunyi yang abadi
aku selalu
yakin doa membentuk diri di keseharian
hingga
kelak kita akan berjumpa dan dipertemukan
aku selalu
yakin bahwa doa adalah modal utama
bila kelak
tak memiliki apa-apa dari yang serba fana
pergilah
kepada-Nya
dan
berdoalah untuk kita, pintamu
2016
Puisi Pendek
puisi-puisi
pendek ditulis
oleh bocah
lelaki itu
agar kelak
mudah
dibaca
berulang
perempuan
pemilik
mata
api
2017
Pertemuan Kecil Angka dan Kata
/I/
seorang
perempuan
berkata
kepada lelakinya,
separuh
tubuhku adalah
angka-angka,
bilangan-bilangan,
rumusan-rumusan,
grafik-grafik,
yang akan membuat
keluhuran kata-kata
seketika berjatuhan dan
panik.
aku mampu
menjinakkan persoalan eksakta yang paling sukar
dipecahkan
sekalipun. angka-angka adalah hewan liar yang mesti
dikandangkan
dalam struktur rumusan. aku cukup lihai untuk itu.
/II/
seorang
lelaki tak ingin kalah,
balik
berkata kepada perempuannya,
kau pun
mesti tahu, separuh tubuhku telah menyatu pada yang
serba tak
terjangkau oleh sekadar rumusan-rumusan. keasingan
filsafat
adalah akar dari segala pencarian makna. kata begitu
lunaknya
tak serupa angka.
keduanya
dapat bergerak dan lesat dalam rusuk juga sum-sum
paling
tersembunyi di balik tulang dan daging yang sunyi.
/III/
bila sudah
tiba saatnya kelak, di masa yang telah ditentukan oleh
sangmaha,
keluhuran kata akan bersetia datang meminang
rumusan
angka. bersanding sehari penuh demi menuntaskan
jarak agar
satu atap bersama dalam berbagai keadaan,
memulainya
dari kerumitan-kerumitan, serta menunaikan ikrar
sehidup-semati.
dan dari
keduanya, akan lahir bayi-bayi bermata perkalian-
pembagian-pengurangan-penambahan
dengan keluasan makna
dari
sulaman kata-kata yang tiada pernah mengenal batas untuk
pencarian
paling akhir sebuah makna.
/IV/
: kau
adalah angka yang senantiasa mendampingiku,
dan aku
adalah kata yang senantiasa melindungimu.
2016
Berpulang
setiap
orang, semurung apa pun,
punya
alasan untuk pulang
seekor
kekunang, damai rahayu,
justru tak
ingin bertemu ibu
jengah ia
ditanya-tanya
gelisah ia
dinyana-nyana
mahalelah
ia diterka-terka
kata
pulang tiada jinak
sebab ia
tak tahu
akan
berbuat
apa untuk
si ibu
2017
Pak, Aku Pulang Kepadamu
; kepada Sukiman
Pak, aku
pulang bawa teori-teori filsafat dan kebudayaan yang
selama ini
coba kubaca dan kukaji sependek pemahaman yang
aku punya.
bapak mau aku jelaskan? biar aku kelihatan seolah-
olah
seperti akademisi sungguhan. akademisi yang bisa bicara
apa saja,
meski isinya itu-itu saja, stagnan.
Pak, aku
pulang bawa sedikit hafalan-hafalan hadis yang, bagi
seorang
akuntan, bilangannya tak seberapa bila dijumlah dengan
rumusan
yang dapat melipat-gandakan angka. bapak mau aku
bacakan?
sedikit saja. biar aku yang lekat identitas santri ini tak
terlihat
sia-sia mengabdi dan mengaji kitab kuning jauh-jauh dari
tanah
semayam kita.
Pak, aku
pulang bawa beberapa kardus buku berbagai jenis;
diktat
kuliah, agama, filsafat, dan paling banyak fiksi. bapak mau
aku
terangkan? satu-dua buku saja hasil rangkuman singkat. biar
aku tak
kentara kelihatan dungu dengan buku-buku itu. kan
malu-maluin,
pak. punya banyak buku supaya didaulat
intelektual,
eh padahal itu palsu.
Pak, aku
pulang membawa beragam sertifikat penghargaan yang
kata
mereka, sebagai bentuk apresiasi kecil atas laku kerjaku
selama
ini. bapak mau melihatnya? nanti biar aku pigura dengan
olahan
kayu sisa membuat meja lipat. biar orang-orang berdecak
dan
tertipu. sekarang tipu-tipu model begitu sedang musim dan
marak loh
pak di kalangan masyarakat urban. agar terlihat
prestisius
dan patut diperhitungkan, katanya. padahal,
kesemuanya
bentuk kedunguan massal.
Pak, bisa
bangun sebentar?
apa tak
bosan kau mendekam
dalam
sunyi tanah kuburan?
2017
Wujud Jenazah Ikan Mas
; Michel Foucault (1984)
seorang
pemikir paruh baya berkepala plontos yang berulang kali
mencoba
bunuh diri, sampailah ia di tengah malam bahagia ini;
mengantar
nyawa di ujung perempatan ajal.
purna
sudah segala cita-cita untuk sekadar menyumbang
kelindan
alam pikirnya. namun, sebelum tubuh kakunya masuk
ke dalam
peti, satu keinginan lagi belum terpenuhi
: tubuh
manusianya beralih wujud menjadi ikan mas.
ia sejak
lama bermimpi, bila akan sekarat,
tubuhnya
menumbuhkan lapis-lapis sisik,
tak
bertunas bagai balita pohon mangga.
ia ingin
berinsang, lehernya mengatup-ngatup, mulutnya megap-
megap. ia
ingin kedua tangannya melekat satu dan menjadi sirip.
kedua
kakinya pun melekat menjadi ekor pipih.
betapa ia
kecewa sekali. tak habis-habis ia mengutuk iringan para
jenazah di
belakangnya. ia ingin berenang dan menerjang ke
langit
yang tak jua biru akibat mendung, di bagian timur bumi,
beruntuh-runtuh
menyerbu.
di alam
yang tak lagi terjangkau raba, rupanya ia masih
bersikeras
mencari cara agar sempurna menjadi seekor ikan mas;
kepada
Tuhan ia memohon dan memelas.
: sebab
ia ingin berenang bebas.
bebas.
sebebas-bebasnya.
2017
Pengarang Ingusan
mimpi
pengarang ingusan itu
sungguh
amat sederhana:
1) sebuah
meja lapang
ukuran
laptop 14 inchi
2)
bangku empuk
penahan
beban 63 kg
3) lampu penerang
daya cahaya 5 watt
4) lemari buku-kitab
bersusun 7 tingkat
5)
sebungkus sedang
kopi
toraja 500 ons
6)
semangkuk kecil
kacang
kulit bawang
mimpinya
tak muluk
demi
mewartakan
seorang
tokoh
ia melawan
kantuk
-Nya
2017
Mencintai Kata bukan Pemiliknya
kau
terkesima pada nyala kata
cahaya
berpijaran di kertasmu
huruf-huruf
yang kau susun
tak
ubahnya anak kekunang
kau
mencintai kata seumpama
bocah yang
sejak lama
kauasuh
dalam
pangkumu
kata telah
merasuk
ke darahmu
ke resahmu
ke sunyimu
hingga
luruh seluruh tubuhmu
menjelma
lapisan kata-kata
pun
bagimu, kata ialah kesucian
yang mesti
dirawat sedemikian
“cintailah
kata,
bukan
pemiliknya,” lirihmu
2017
Matakopi Tuan Penyair
kutulis
matakopi-maknakopi di kedalaman palung gelas paling
pekat dan duduk
larik kita saling dekat. kopimu yang penuh cinta
berulang-ulang
diseduh sendok kata. kopiku fana; tandas
sebelum bermakna.
begitulah, kopi
kita alpa bergula,
kepala kita penuh
ide gila.
: sudah tunaikah
syarat kita menjadi penyair
yang mesra
menyetubuhi kata?
sebatang kretek
–yang semula tak ingin ikut campur
urusan pengarang
puisi, buru-buru menyanggah,
“tanpa aku,
segelas kopimu serupa tanpa berahi.
mencintai kopi
tanpa mencintaiku adalah dusta belaka.”
2016
Mati
bila esok saya
tinggal seonggok
bangkai,
kata-kata saya
akan
menjadi tulang dan
daging
yang kelak
sempurna
menghidupkan saya
lagi.
2017
Ketika Hujan
rangka payung
merekah
sekujur jalan
menjelma
cabang
sungai-sungai
yang mengarah layu
kepada kesunyian
perempuan itu pun
menyingsing sepi
agar terhindar
dari jarum
rerintik
sebelum
tubuhnya
lebur dan
fana
2017
Tentang Imam Budiman
Imam
Budiman, lahir 23
Desember 1994 di Loa Bakung, Samarinda, Kalimantan Timur. Ia menamatkan
pendidikan menengah pertama dan atasnya di Pondok Pesantren Al-Falah Putera,
Banjarbaru, Kalimantan Selatan. Menyelesaikan studi strata I di Fakultas
Dirasat Islamiyah, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Darus-Sunnah
International Institute for Hadith Sciences, Ciputat. Semasa kuliah aktif dalam
Komunitas Sastra Rusabesi. Kumpulan puisi tunggalnya: Perjalanan Seribu
Warna (Indie Publishing, 2014), Kampung Halaman (Tahura Media, 2016),
Riwayat Gerimis (Qalam Press,
2017). Selain puisi, juga menulis cerpen. Karya Imam Budiman tersebar di
berbagai media massa dan antologi bersama.
Catatan lain
Ebook
puisi ini menulis di halaman persembahannya: untuk orang-orang/yang saya
cintai.
Perhaps, you have found your way here after a long fight with a poem.You seem to be quite easy to interrupt the flow of the poem's plot if you worry. I wish to learn how to make a poem stand out!
BalasHapusThis question is very relevant for many authors, since it uses similar questions and the search for answers will be very similar for you.
BalasHapus