Data buku kumpulan puisi
Judul : Ohoi, kumpulan puisi-puisi balsem
Penulis : K.H.
A. Mustofa Bisri
Cetakan : III, 1991 (cet. I: 1988 – stensilan, cet. 2: 1990 oleh
P3M)
Penerbit : Pustaka
Firdaus, Jakarta
Tebal : viii + 97 halaman (43 puisi)
Penyunting
: Sapardi Djoko Damono
ISBN :
979-541-004-0
Disain
kulit muka, tata letak, vignet : Abu Ienas
Pengantar :
H. Soetjipto Wirosardjono
Beberapa pilihan puisi K.H.A.
Mustofa Bisri dalam Ohoi
Keluhan
Tuhan, kami sangat sibuk.
1410
Kita Semua Asmuni atawa Asmuni Cuma Satu
Kita semua
Asmuni
Kita satu
sama lain
Tidak lain
Asmuni
semua
Anak-anak
Asmuni
Orang-orang
Asmuni
Tuan Asmuni
Raden
Asmuni
Bapak
Asmuni
Kiai Asmuni
Politikus
Asmuni
Pemikir
Asmuni
Pembaru
Asmuni
Kita semua
Asmuni
Kita satu
sama lain
Tidak lain
Asmuni
Sayang
Asmuni yang
jujur cuma satu
Asmuni yang
menghibur
Cuma satu
1988
Dengan
permohonan maaf dari Asmuni Andiweky dari Group Lawak Srimulat
Kalau
Kau Sibuk Kapan Kau Sempat
Kalau kau
sibuk berteori saja
Kapan kau
sempat menikmati mempraktekkan teori?
Kalau kau
sibuk menikmati praktek teori saja
Kapan kau
memanfaatkannya?
Kalau kau
sibuk mencari penghidupan saja
Kapan kau
sempat menikmati hidup?
Kalau kau
sibuk menikmati hidup saja
Kapan kau
hidup?
Kalau kau sibuk
dengan kursimu saja
Kapan kau
sempat memikirkan pantatmu?
Kalau kau
sibuk memikirkan pantatmu saja
Kapan kau
menyadari joroknya?
Kalau kau
sibuk membodohi orang saja
Kapan kau
sempat memanfaatkan kepandaianmu?
Kalau kau
sibuk memanfaatkan kepandaianmu saja
Kapan orang
lain memanfaatkannya?
Kalau kau
sibuk pamer kepintaran saja
Kapan kau
sempat membuktikan kepintaranmu?
Kalau kau
sibuk membuktikan kepintaranmu saja
Kapan kau
pintar?
Kalau kau
sibuk mencela orang lain saja
Kapan kau
sempat membuktikan cela-celanya?
Kalau kau
sibuk membuktikan cela orang saja
Kapan kau
menyadari celamu sendiri?
Kalau kau
sibuk bertikai saja
Kapan kau
sempat merenungi sebab pertikaian?
Kalau kau
sibuk merenungi sebab pertikaian saja
Kapan kau
akan menyadari sia-sianya?
Kalau kau
sibuk bermain cinta saja
Kapan kau
sempat merenungi arti cinta?
Kalau kau
sibuk merenungi arti cinta saja
Kapan kau
bercinta?
Kalau kau
sibuk berkhutbah saja
Kapan kau
sempat menyadari kebijakan khutbah?
Kalau kau
sibuk dengan kebijakan khutbah saja
Kapan kau
akan mengamalkannya?
Kalau kau
sibuk berdzikir saja
Kapan kau
sempat menyadari keagungan yang kau dzikiri?
Kalau kau
sibuk dengan keagungan yang kau dzikiri saja
Kapan kau
kan mengenalnya?
Kalau kau
sibuk berbicara saja
Kapan kau
sempat memikirkan bicaramu?
Kalau kau
sibuk memikirkan bicaramu saja
Kapan kau
mengerti arti bicara?
Kalau kau
sibuk mendendangkan puisi saja
Kapan kau
sempat berpuisi?
Kalau kau
sibuk berpuisi saja
Kapan kau
memuisi?
(Kalau kau
sibuk dengan kulit saja
Kapan kau
sempat menyentuh isinya?
Kalau kau
sibuk menyentuh isinya saja
Kapan kau
sampai intinya?
Kalau kau
sibuk dengan intinya saja
Kapan kau
memakrifati nya-nya?
Kalau kau
sibuk memakrifati nya-nya saja
Kapan kau
bersatu denganNya?)
“Kalau kau
sibuk bertanya saja
Kapan kau
mendengar jawaban!”
1987
Mula-mula
Mula-mula
mereka beri aku nama
Lalu dengan
nama itu
Mereka
belenggu tangan dan kakiku
1987
Identitas
atawa Aku dalam Angka
namaku
mustofa bin bisri mustofa
lahir
sebelum masa anak cukup 2
sebagai anak
ke 2 dari 9 bersaudara
rumah kami
nomer 3 jalan mulia
termasuk 1
dari 17 erte di desa
leteh
namanya – 1 dari 34 desa di kecamatan kota –
1 dari 14
kecamatan di kabubaten
rembang
namanya – 1 dari 5 kabupaten
di
karesidenan pati –
1 dari 6
karesidenan di propinsi jawa tengah –
1 dari 27
propinsi di indonesia
1 dari 6
negara-negara asean di asia –
1 dari 5
benua di dunia –
1 dari
sekian “kacang hijau” di semesta.
cukup
jelaskah aku?
1987
Istriku
Kalau
istriku tidak kawin denganku
Dia bukan
istriku tentu
Aku
kebetulan mencintainya
Diapun
mencintaiku
Seandainya
pun aku tidak mencintainya
Dan dia
tidak mencintaiku pula
Dia tetap
istriku
Karena ia
kawin denganku
1987
Guruku
Ketika aku
kecil dan menjadi muridnya
Dialah di
mataku orang terbesar dan terpintar
Ketika aku
besar dan menjadi pintar
Kulihat dia
begitu kecil dan lugu
Aku
menghargainya dulu
Karena tak
tahu harga guru
Ataukah
kini aku tak tahu
Menghargai
guru?
1987
Orang
Penting
Orang
penting lain dengan orang lain
Dia beda
karena pentingnya
Bicaranya
penting diamnya penting
Kebijaksanaannya
penting
Ngawurnya
pun penting
Semua yang
ada padanya penting
Sampai pun
yang paling tidak penting
Jika tak
penting lagi
Dia sama
dengan yang lain saja
1987
Puisi
Balsem dari Tunisia
Di festival
puisi di negeri Abu Nuwas
Kepalaku
pening setiap hari
Dicekoki
puisi-puisi mabok puji
Padahal aku
tidak membawa
Puisi-puisi
balsemku yang manjur istimewa
Untung
seorang penyair Tunisia
Munsif
Al-Muzghany namanya
Di samping
beberapa kumpulan puisinya
Dia membawa
puisi-puisi balsem juga rupanya
(Puisi
balsem cukup universal juga ternyata!)
Satu di
antaranya begini bunyinya:
Ada seekor kambing
Nyelonong masuk gedung parlemen
Dan mengembik
Maka tiba-tiba saja
Menggema di ruang terhormat itu
Paduan suara : setujuuu!
Peningku
sejenak hilang
Ternyata
puisi balsem Tunisia
Lumayan
manjur juga
Baghdad
(memang ditulis di Baghdad, tapi disebutkan di sini sambil bergaya), 27
November 1989
Nyanyian
Kebebasan atawa Boleh Apa Saja
Merdeka!
Ohoi,
ucapkanlah lagi pelan-pelan
Merdeka
Kau ‘kan
tahu nikmatnya
Nyanyian
kebebasan
Ohoi,
Lelaki
boleh genit bermanja-manja
Wanita
boleh sengit bermain bola
Anak muda
boleh berkhutbah dimana-mana
Orang tua
boleh berpacaran dimana saja
Ohoi,
Politikus
boleh berlagak kiai
Kiai boleh
main film semau hati
Ilmuwan
boleh menggugat ayat
Gelandangan
boleh mewakili rakyat
Ohoi,
Dokter
medis boleh membakar kemenyan
Dukun
klenik boleh mengatur kesejahteraan
Saudara
sendiri boleh dimaki
Tuyul peri
boleh dibaiki
Ohoi,
Pengusaha
boleh melacur
Pelacur
boleh berusaha
Pembangunan
boleh berjudi
Penjudi
boleh membangun
Ohoi,
Yang kaya
boleh mengabaikan saudaranya
Yang miskin
boleh menggadaikan segalanya
Yang di
atas boleh dijilat hingga mabuk
Yang di
bawah boleh diinjak hingga remuk
Ohoi,
Seniman boleh
bersufi-sufi
Sufi boleh
berseni-seni
Penyair
boleh berdzikir samawi
Muballigh
boleh berpuisi duniawi
Ohoi,
Si anu
boleh anu
Siapa boleh
apa
Merdeka?
1987
Pilihan
Antara kaya
dan miskin tentu kau memilih miskin
Lihatlah
kau seumur hidup tak pernah merasa kaya
Antara
hidup dan mati tentu kau memilih mati
Lihatlah
kau seumur hidup mati-matian mempertahankan kematian
Antara
perang dan damai tentu kau memilih damai
Lihatlah
kau habiskan umurmu berperang demi perdamaian
Antara
beradab dan biadab tentu kau memilih beradab
Lihatlah
kau habiskan umurmu menyembunyikan kebiadaban dalam peradaban
Antara
nafsu dan nurani tentu kau memilih nurani
Lihatlah
kau sampai menyimpannya rapi jauh dari kegalauan dunia ini
Antara
dunia dan akhirat tentu kau memilih akhirat
Lihatlah
kau sampai menamakan amal-dunia sebagai amal akhirat
Antara ini
dan itu
Benarkah
kau memilih itu?
1410/1989
Suwuk
Kulhu Sungsang
Sato sampai
sato mati
Jalma
sampai jalma mati
Maling
sampai maling mati
Rampok
sampai rampok mati
Tamak sampai
tamak mati
Lalim
sampai lalim mati
Tiran
sampai tiran mati
Buta sampai
buta mati
Hantu
sampai hantu mati
Setan
sampai setan mati
Niatbusuk
sampai niatbusuk mati
Atas
pertolongan Pasti.
1411
Suwuk
Solibin
Solibin
solimat
Bimat
busipat
Langitmu
tanpa mendung
Lautku
tanpa garam
Mendung
bagianku
Garam
bagianmu
Solibin
solimat
Bimat
busipat
Pundakmu
tanpa beban
Bebanku
tanpa pundak
Hakmu tanpa
kewajiban
Kewajibanku
tanpa hak
Solibin
solimat
Bimat
busipat
Kaukemas
keserakahan dalam amal kesalehan
Kukemas
kecemasan dalam senyum kekalahan
Kaubungkus
kebusukan dalam kafan sutera
Kubungkus
kepedihan dalam dada membara
Solibin
solimat
Bimat
busipat
Kau
keparat!
1410
Suwuk
Manikcemar
sang
manikcemar
telah
tergenggam tangan
nyawamu
runduk tunduk
merunduk
tunduk runduk
menunduk
merunduk
menunduk
tunduk
runduk
terbentuk!
tengkukmu
pakubengkok
lututmu
sikusiku
gagukaku
kakugagu
tak tidak
tak tak
tak
tidak tak tak
tak tak
tak tidak
tak tidak tak tak
gagukaku
kakugagu
kaku semua
gagu semua
semua ya ya ya ya saja
yayaya
yayaya yayaya saja
yayaya
yayaya
saja
laa ilaha
illallah muhammadur rasuulullah
1410
Tentang K.H. A. Mustofa
Bisri
K.H. A. Mustofa Bisri atau biasa
dipanggil Gus Mus, lahir 10 Agustus 1944, putra dari KH. Bisri Mustofa, ulama
dari Rembang. Masa kecil dan remaja dihabiskan di lingkungan pesantren.
Tercatat pernah nyantri di Pesantren Lirboyo Kediri, Pesantren Krapyak
Yogyakarta dan Pesantren Raudlatut Thalibien Rembang, kemudian melanjutkan
studi di Universitas Al-Azhar Kairo. Saat ini, beliau menjadi pengasuh di
Pesantren Raudlatut Thalibien Rembang. Karya tulisnya banyak tersebar di media
massa dan dibukukan, mengupas masalah keislaman, politik, sosial, budaya. Gus
Mus telah menerbitkan beberapa buku kumpulan puisi, antara lain: (1). Ohoi, Kumpulan Puisi Balsem, (2). Tadarus, Antologi Puisi, (3). Mutiara-mutiara Benjol, (4). Pahlawan dan Tikus, (5). Syair Asma’ul Husna (bahasa Jawa), (6). Rubaiyat Angin dan Rumput, (7). Wekwekwek.
Catatan Lain
Buku yang saya culik dari rak buku Hajri ini terbagi
atas 5 bagian, yaitu Puisi-puisiku
(14 puisi), Puisi-puisimu (3 puisi), Puisi-puisi Kita (15 puisi), Puisi-puisi Suwuk (10 puisi) dan Puisi-puisi Tamu (18 puisi). Jika
ditotal ada 60 puisi. Namun di bagian keterangan saya tulis hanya 43 puisi. Ini
karena, kecuali Puisi Balsem dari Tunisia,
maka puisi dalam Puisi-puisi Tamu
adalah benar-benar puisi tamu. Ada 17 puisi tamu yang ikut bercokol, mulai dari
Leon Agusta, Yudhistira Ardi Noegraha, Ajip Rosidi, Abrar Yusra, Abdurrahman
Wahid, Sutardji Calzoum Bachri, Ibrahim Sattah, Abdul Hadi W.M., Sapardi Djoko
Damono, Agus Dermawan T, Taufik Ismail, D. Zawawi Imron, Kuntowijoyo, Emha
Ainun Nadjib, Rutger Kopland, Danarto, dan A. Hamid Jabbar. Saya tampilkan
beberapa puisi:
SUEZnya ABDURRAHMAN WAHID
Kota Suez kota sepi
Kota Suez kota kering
Dengan angin suara kami beriring
Dendang membelah hati
Kau yang jauh dari kami
Kota Suez beri gamitan padamu
Kami beri lagu untukmu
Lagu sunyi hati kami
LUKAnya SUTARDJI ZALZOUM BACHRI
Ha ha
DOAnya AGUS DERMAWAN T.
taman melayu tanah mengabu burung-burung
membisu
Tuhan kembalikan KAU padaku!
PUISInya DANARTO
Di sampul belakang buku, ada
komentar SCB, yang di sana ditulis al-Haj
Sutardji Calzoum Bachri, ada sekitar 4 paragraf. Tulis SCB: Gaya pengucapannya tidak berbunga-bunga. Ia
bukan juru hias, bukan tukang kebun penjaga taman kata-kata. Ia memang tidak
menyibukkan diri merapikan atau memangkas kata-kata dan menumbuhkan bunga-bunga
basa-basi puitika. Maka sajak-sajaknya tidak berupaya untuk bercantik-cantik
dalam gaya ucapan atau kejutan gaya pengucapan. Tapi lewat kewajaran dan
kesederhanaan berucap atau berbahasa yang tumbuh dari ketidak-inginan untuk
mengada-ada. Bahasa langsung, gamblang, namun tidak menjadikan puisinya tawar
atau klise. Ini disebabkan ada bernas yang ditampilkannya, dari ucapan
puisinya. Ada kearifan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar