Data buku kumpulan puisi
Judul : ROH, kitab kecil awal, Hikayat
Shahifah
Penulis : A.
Rahman Al Hakim (Araska)
Cetakan : I, Desember 2007
Penerbit : Kelompok Studi Sastra, Banjarbaru
Bekerjasama
dengan Komunitas Apresiasi Studi Seni Budaya Sosial & Sastra
The Partner
Cooperation Line, Banjarmasin.
Editor : Arsyad
Indradi
Setting/Layout/Desain
: A.Rahman Al-Hakim, Harie Insani Putra
Tebal : xii + 184 halaman (31 puisi)
Prolog : Dimas
Arika Mihardja, Shah Kalana Al-Haji, I Made Suantha, Imraatul Jannah
Epilog : Sutardji
Calzoum Bachri
Beberapa pilihan puisi A. Rahman Al Hakim (Araska) dalam ROH
Roh yang Satu
Ayyuhhalwalad,
pandanglah yang Satu dalam yang banyak
pandanglah yang banyak dalam yang Satu
Ayyuhhalwalad,
lihatlah!
akan buih buih di lautan
di atas hamparan permadani ombak
adakah ia berbilang
Ayyuhhalwalad,
lihatlah!
akan ikan dalam kerajaan samudera nabi
Khaidhir
adakah ia satu
Begitu pula akan dunia dan isinya
galaksi dan semesta Nya
sudahkah kau lihat!
Ayyuhhalwalad,
dari yang satu berbilang ma’na pengertian
dari yang berbilang kembali haqiqat pada
yang Satu
Ayyuhhalwalad,
dari nur yang satu junjungan kita sayyidi
penghulu
dari roh
yang satu awal hub pendahulu
Nurul mushthofa mala’al akwan
Habybi Muhammad khairilmusalyn
Ayyuhhalwalad,
kembalikan semua pujian kebaikan
kemuliaan
kebesaran dan keagungan kepada Nya
dan ambil semua kezhaliman kefaqyran dan
kealfaan untuk dirimu
Ayyuhhalwalad,
Mutuu qabla antamutu
jadikan dirimu seperti mayat
yang berada di tangan para pemandian
jasad
Ya Syeikh:
Shadaqnaa
Kafaaka fadhlaan fil’ulaal a’laa
semuanya kembali ke pada Hhu
sungguh aku rindu padamu
(ara
Ska.Bjm-Kalsel.29.01.07-00:10)
Kamulah
yang Tahu
aku tak
tahu
apakah
keinginan
untuk
meninggalkan alam aghyar ini
merupakan
keinginan untuk pertemuan
Sedangkan perjumpaan adalah hak Nya
aku tak
tahu
apakah
keinginan untuk melepaskan nafsu ini
yang
sudah lelah terengah engah
mengusap
dan menghisap waktu
merupakan
hasrat hasrat peniadaan
Sedangkan nafas adalah roh Nya
panca
inderaku menerawang
dalam
kabut pertarungan bersimbah darah
dan
nanah
dan
jasad telah membusuk dalam penjara hari-hari
di
tengah meriahnya pesta pesta belatung
yang
bersuka cita
menyantap
hidangan hidangan kerakusan
dan kemunafikan
Para
hantu hantu nafsu diri menari nari
Mengelilingi
api puja puji puja puja pemujaan
Mengitari
puja puji puja puja keduniaan
Dengan
mengenakan topeng topeng
dan
jubah jubah penipuan
nyanyikan
seruan keberadaan diri
untuk
lupakan kenyataan hati
dengarlah
suaranya sangat merdu mendayu
semanis
madu
racun
yang terhidang dalam piala emas emosi palsu
Aku lelah menyaksikannya
aku tak
tahu apa keinginan Mu
semua
yang Kau tampakkan adalah af’al Mu
aku tak
tahu bagaimana harus bersikap
agar
hijab ini bisa tersingkap
agar
hisi ini menjadi ma’nawi
aku tak tahu
Kamulah yang tahu
(ara
Ska.Bjm-Kalsel.01.07.06-21:01)
O!O
semua bermula
dari kehampaan
dari kenyataan
dari pertanyaan
dari pencarian
dan
temukan jawaban
temukan ketiadaan
kecuali
roh
nur
Ia
(ara
Ska.Bjm-Kalsel.01.01.07-19:25)
ROH!
pena tanpa tinta
kalam tanpa suara
kegembiraan tanpa tawa
kesedihan tanpa tangis
malam tanpa kegelapan
siang tanpa cahaya
jalanan tanpa pejalah
cerita tanpa pencerita
jasad tiada nyawa
wujud hanya mayat
tercipta niscaya manfaat
kejadian tak tercatat
keindahan tak terlukis
gerak tak terarah
walau semuanya bertebaran
walau semuanya berbilang
hampa
roh
cari mencari
nanti menanti
harap berharap
buat dan berbuat
kalamku
jasadku
wujudku
padamu
rohku
untuk-Mu
(ara
Ska.Bjm-Kalsel.01.01.07-16:01)
Sungai
CINTA MU
Senja tiba
kuhantar mentari ke peraduannya
dan kuhadapkan diri ini
kepada Sang penguasa senja
Selepas
‘isya duduk tafakkur hati
di sungai ini dan di sungai hati
Burung
malam sambut kehadiranku
dalam kegelapan selimut alam
Barisan
kerlip lampu di seberang sungai
bagai cahaya kunang kunang merenda
malam
Bayangan
cahaya yang membias dalam cermin air
menari nari iringi musik gelombang
bagai roh roh
manusia dalam cermin dunia
Masih seperti dulu
Roh yang terjaga sepanjang malam
di sungai kanak kanak
Sebentar
lagi akan kusambut pagi
Kepakan
sayap burung burung malam yang pulang
iringi sapuan air dingin sungai ini ke wajahku
aku menggigil adzan telah memanggil
keruhnya air di musim kemarau
keruhnya air coklat tanah liat
keruhnya rindu ini
setelah salam terakhir
sejenak kuterlelap
tinggalkan keberadaan
Pukul
berapakah ini?
semua masih temaram
setengah terbuka mataku menatap jam dinding
pukul sebelas siang
Kabut
ini masih seperti dulu
menghijab cahaya mentari
O, hijab cahaya hati hijab rohku
O, hijab sungai kanak kanakku
munajat jiwaku pada Mu
sirnakanlah kabut keberadaanku
agar aku bisa memandang Mu
dalam cermin air jiwaku
jernihkanlah keruhnya sungai hati rindu
dan keruhnya sungai kanak kanakku
agar aku bisa menyelam dalam ke dasar
sungai cinta
hingga tiada lagi jasad diri
setelah mereguk manisnya air cinta Mu
(ara
Ska.Plngk-K.Kps-Kalteng.kamis.26.10.06)
Tiada
Daya Upaya
apa yang
dilakukan makhluk
itu
tiada memberi bekas
karena
ia adalah tiada ada
segala
usaha ikhtiyar hanyalah syari’at
segala
ketentuan kembali pada-Nya
Jasad yang ditopang oleh roh
Roh yang digenggam oleh Nur
Hey roh!
Mata buta dari penglihatan
Telinga tuli dari pendengaran
Mulut bisu dari suara perkataan
Hidung hampa dari penciuman
Gerak kosong dari kekuatan
Diam musnah dalam ketiadaan
Pikiran lenyap dalam senyap kesunyian
Rasa hancur tenggelam dalam Nur ke
Ilahian
apa yang
dilakukan manusia
itu
tiada memberi bekas
tandas
karena
ia tiada daya dan upaya
semua tiada
kecuali Dia
(ara
Ska.Bjm-Kalsel.Jum’at.29.12.05-20:39)
Senandung Kesunyian
Alunan senandung jiwa
Meresap ke dalam sukma
Desah desah nafas yang terbawa
Desiran bayu membelai asa
Kesunyian tenggelamkan raga
Punahlah semua angkara
Tenggelamkan irama dunia
Hanyut dalam tiada masa
Roh rindu bergelora
Membubung ke angkasa raya
Merangkul keabadian asmara
Dari yang Maha Elok tiada tara
Kesunyian adalah haqiqat cinta
Bagi insan yang punya jiwa
Rahasia bagi mereka yang mereguknya
Sehingga semua menjadi fana
Di dalam kesunyian
hening
(ara Ska.Sekumpul-Mtp-Kalsel.Sabtu.05.04.03)
Nyanyian
Senandung meng-GAPAI TUNTUNAN
Inilah
nyanyian hati
yang akan selalu memancar
dari relung relung sanubari
Inilah
senandung jiwa
yang akan selalu mengalir
melalui setiap nadi media
Inilah roh kata kata
yang akan selalu menghidupi
setiap aksara
Wahai
saudara tua!
di sini kami berada
orang muda yang tiada berguna
amat banyak tuntunan yang kami harapkan pula
untuk mengarungi kehidupan dunia
untuk menjelajahi waktu yang fana
(ara
Ska.Bjm-Kalsel.Minggu.06.11.05-11:10)
AKHIR!
Gemuruh
hiruk pikuk kehidupan
Tak bisa singkirkan kesunyian
Tak bisa singkirkan kesunyian
Jasad
yang tersesat dalam badai dunia fana nista
Terseok
letih
Menyeret
roh yang kumal
Oleh
debu debu kebisingan
Dan
detak waktu yang tiada akhir
Detak
waktu manusia mengejar
kejar dan terus mengejar ambisi duniawi
Akhir!
Akhir seperti apa yang akan dituai?
Akhir bagaimana yang akan disua?
Napas
mengalir kian tersengal sengal
Tersedak
oleh polusi keduniaan kebendaan
Kerajaan
kesombongan keangkuhan
Kekaisaran
yang bermahkota tahta permata
kemunafikan kemaksiatan kelalaian
Bersinggasana
kezhaliman kelaliman kehinaan
Berprajuritkan
dajjal dajjal kekufuran keingkaran
Sorak
sorai panglima panglima perang ifrit
Akhir!
Akhir seperti apa yang akan dihadapi?
Nun jauh
di sana
dibalik nuqthah
nuqthah harapan
Jiwa
mengembara kembara kelana dalam sunyi
di tengah
gurun gurun badai pasir
di tengah
savana savana bisu
di tengah
rimba rimba kelam
di tengah
gunung gunung senyap lenyap
Hanya
desiran
angin gemericik air
nyanyian
kerinduan alam
yang
menemani
Nun jauh
di sana
Jiwa merintih perih risih tertatih
menangisi jasad yang tersesat kasat oleh hasrat
Jiwa menatap sendu pilu rindu
dari kelopak mata yang sayu layu
harapkan kunjungan jasad yang kian
tersesat
terjerat erat ketat diseret kemungkaran
diapit dihimpit kehidupan
dibelenggu rantai rantai kesibukan
Jiwa yang rindu
pada jasad yang tenggelam dalam lautan
semu
Akhir!
Kapan akan berakhir?
Kematian pastilah tiba
(ara
Ska.Dn.Pggng-HSU-Kalsel.17.07.05-11:26)
HIJAB WUJUD-NYA
Wujud Allah yang Maha Agung
yang akan tersibak di antara rahasia
rahasia alam rahasia diri rahasia hayat
rahasia nama rahasia shifat
cahaya-Nya yang akan menempati
hati yang suci ‘aqal yang sehat
Haqiqat manusia yang suci
dikotori kehidupan yang hitam
debu debu kealfaan debu debu keingkaran
debu debu kesombongan debu debu
keangkuhan
yang akan kian menumpuk dan menjadi busuk
yang akan menjadi hijab roh
hijab dengan keberadaan
hijab pada sang kebenaran
hijab shifatullah
hijab pada diri-Nya
kenyataan perwujudan-Nya
(ara
Ska.Skp-Mtp-Kalsel.16.04.04-20:04)
di sini di SUNGAI KAPUAS
Di sini memang bukan kampung kelahiran
tapi tanah perantauan
namun di sini
hari hari masa kanak kanak dihabiskan
dalam permainan kepolosan keluguan
keikhlasan
Di sini angin masih membelai belai
kenangan kanak kanak
di antara semak semak dan pepohonan
yang mencengkeram sisi sisi tepian sungai
Kapuas
Di sini sungai masih mengalirkan
riak riak gelombang
bayangan permainan kanak kanak
berenang dalam air coklat keruh
aliran lumpur lumpur sawah
disaksikan rumpun rumpun ilung
yang setia menyisiri aliran kehidupan
sungai Kapuas
Di sini langit masih sebiru dulu
ketika burung burung pipit bercumbu
dari pohon ke pohon kedamaian
meningkahi hari hari
Di sini waktu merangkak pelan
dengan kerinduan di pundak anak anak masa
lalu
yang pulang ke tanah dahulu
setelah lelah memikul beban kehidupan
kedewasaan
Di sini aku duduk di tepian sungai ini
dengan pandangan nanar
mencari kenangan masa lalu
yagn telah layu perihkan waktu yang telah
berlalu
hingga tatapan ini menjadi sayu
Di sini aku bersandar pada sebatang pohon
jiwa
yang telah kering
dilanda kemarau panjang polusi waktu
coba tajamkan telinga
menyimak suara suara kanak kanak
di antara bisingnya keangkuhan masa depan
zaman
dan suara itu telah hanyut larut
lenyap senyap menguap bersama masa lalu
yang telah berlalu
Di sini anganku menerawang pada nafas
membaui aroma wewangian
harumnya kedamaian nan lalu
yang tersirat dari telaga hati bersama
kabut mimpi
Di sini pagi siang sore malam
memanggil pilu perihnya kenangan itu
yang telah terluka ditoreh ambisi manusia
yang lupa akan jiwa kanak kanak
Tapi di sini roh roh kanak kanak itu
tetap setia menanti pergantian hari
hingga jasad ini sepi
Dan di sini
masa masa yang telah terlewati
mendesah dalam sunyi
Maka di sini
masa lalu dibawa mati
(ara
Ska.Plngk-K.Kps-Kalteng.01.08.06-04:48)
KEMERDEKAAN
ROH
Aku tak
ingin menemani wujud ini
Yang
telah menjadi budak keduniaan
Aku
ingin merdeka
Roh akan
kibarkan bendera suka cita
Biarkan
aku menari dalam partikel
Bersama
lantun proton neutron simfoni alam
Dengan
hentakan denyut nadi kehidupan
Hingga
atom atom jasad terurai
Pada
masa kebinasaan
menarilah
menarilah
menarilah
roh kemerdekaan
ketika kibar berkibar
bendera kematian
(ara
Ska.Skp-Mtp-Kalsel.17.02.04-00:51)
EPILOG ROH
(untuk kitab kecil awal)
Aku tak
bisa berhenti melakukan pencarian
ma’na dan haqiqat terus berdatangan
pengertian pengertian keberadaan
Bahkan
kematian pun takkan bisa menghentikan
kecuali oleh Sang pemilik kematian
karena puncak penghentian
pada Sang roh
keabadian
Dialah epilog roh
Pun juga ketika kurangkai antologi roh
ini
ia terus mengalir
mengalir
dan mengalir
setiap kata
kalimat
baris
susunan
desain
warna
bentuk
mempunyai arti
maksud dan tujuan
Aku tak
bisa berhenti melakukan pencarian
ma’na dan haqiqat terus berdatangan
pengertian pengertian keberadaan
Kecuali
Sang roh keabadian
Kaulah epilog roh
(ara
Ska.Bjm-Kalsel.20.02.07-14:38)
Tentang
A.
Rahman Al Hakim
A. Rahman Al Hakim atau Ara atau Araska, lahir
di Danau Panggang dari Ibu asal HSU dan Bapak asal Taniran (HSS). Masa kecil
dihabiskan di Palingkau (Kalteng), sebelum diboyong ke Banjarmasin. Pernah
nyantri di Pesantren Darussalam dan MAN di Martapura sebelum kemudian kuliah di
Fakultas Sosial Ekonomi Pertanian di Banjarbaru. Mengisi program sialaran Lanting
Banjar di Radio Nirwana FM, melatih eskul teater dan jurnalistik di beberapa
SMPN dan MAN, mengajar seni dan budaya di SMKN 1 Martapura, serta bertani di
Kampung Keladan, Gambut.
Catatan Lain
Sedianya buku ini bukan cuma kumpulan puisi. Tapi ada
juga esai, renungan, perkataan para ulama dan pujangga, bahasan tentang
tasawuf, catatan harian, puisi orang lain, komentar-komentar orang lain, kamus
kecil, pustaka rujukan, petikan-petikan sms.
Dan ini yang membuat saya pening: “Dan. Semakin
beragam pemaknaan dan pengertian terhadap suatu puisi maka semakin kayalah
puisi tersebut, bahkan salah pengetikan dalam sebuah karya puisi juga merupakan
nilai tambah bagi pemaknaan puisi tersebut.” (hlm. 52). Lho? J
Puisinya bagus bagus,salut pokoknya, bisa sebagai bahan untuk belajar ni gan..
BalasHapusmakasih banyak atas informasinya gan..
Puisinya bagus bagus,salut pokoknya, bisa sebagai bahan untuk belajar ni gan..
BalasHapusmakasih banyak atas informasinya gan,
Mantaabb...ijin share ya gan
BalasHapus