Data buku kumpulan puisi
Judul
: Cintaku, Tuhanku
Penulis : Dewi
Motik Pramono
Cetakan
: I, 1987
Penerbit
: -
Tebal
: x + 198 halaman (96 puisi)
Pengantar
: H.B. Jassin
Beberapa pilihan puisi Dewi Motik Pramono dalam Cintaku,
Tuhanku
Disiplin Nasional
Engkau diseminarkan
Engkau dipaneldiskusikan
Engkau menjadi bahan ceramah di setiap saat.
Sadarkah kita umat manusia,
Jangan harap engkau akan muncul begitu
saja,
Bila kita umat manusia, tidak dapat
mendisiplin diri sendiri,
Bagaimana kita akan mendisiplin orang
lain.
Jalankan perintah Tuhan yang maha Perintah,
Dengan kedisiplinan yang dalam di lubuk hati,
Bersujud, bersembahyang sesuai dengan waktu yang
ditentukan
Mudah-mudahan, kita umat manusia di dunia akan
berdisiplin diri,
Menuju disiplin Nasional Sejati.
Oh, Tuhan, Cintaku, Tuhanku
(I)
Di kebeningan yang hitam
Di kebeningan yang nyata
Kumencari sosok-Mu, Tuhan
Kumemanggil nama-Mu, Oh, Tuhan
Kumenjerit, memohon pertolongan-Mu,
Hening sunyi
Bening nyata,
Hening senyap
Aku yakin Engkau mendengar jerit
hatiku,
Aku yakin Engkau melihat utuh diriku,
Karena aku yakin akan janji-Mu,
Bila aku mencintai diri-Mu
setulus-tulusnya
Engkau akan mencintai diriku
setulus-tulusnya
Oh, Tuhan, Cintaku, Tuhanku.
Oh, Tuhan, Cintaku, Tuhanku
(II)
Daku yang papa
Daku hidup penuh tantangan-Mu,
Daku hidup penuh godaan-Mu,
Daku hidup penuh tanggung jawab-Mu
Daku terima,
Kasih-Mu
Daku rindu bimbingan-Mu
Daku rindu petunjuk-Mu,
Daku rindu wajah-Mu,
Daku rindu panggilan-Mu
Daku rindu
kekal-Mu
Cintaku,
Tuhanku.
Gunung Lawu
Menjulang, tinggi, langsing,
menjulang bagaikan lambang keteguhan,
menjulang bagaikan lambang keperkasaan,
tetapi
juga
menjulang bagaikan lambang kelestarian,
Keheningan dan kebisuan.
Tetapi dalam kebisuanmu,
Dapat tertangkap dan tersirat,
Pergolakan kegiatan di kakimu,
di lembahmu, di bukitmu dan di puncakmu,
Teguh, perkasa, hening membisu
tetapi
penuh pergolakan
muncul, datang, muncul, datang
Awan putih yang meliputi puncak wajahmu,
Ah, Engkau bagaikan wanita manis
yang
gemar bersolek.
Remaja
Seringkali engkau menjadi bingung,
Engkau dianggap terlalu besar bila dibandingkan,
dengan anak-anak,
Tapi
Engkau dianggap terlalu kecil bila dibandingkan
dengan orang-orang dewasa.
Di manakah
Tempatmu, wahai kaum remaja?
Engkau berada di mana-mana,
Engkau selalu menjadi impian,
Masa lalu, masa kini dan masa depan,
Kerena, Engkau kaum remaja,
Selalu menjadi tumpuan harapan,
Di masa-masa mendatang.
Perbedaan Menuju Kebersamaan
Gelap, terang, hitam, kuning, coklat, putih,
Kauwarnai kulit umat-Mu…
Biru, hijau, coklat, abu-abu, hitam
Kerlap-kerlip, binar sinar jendela hati
Pasangan mata umat-Mu.
Takjub daku menikmati buah karya-Mu,
Atas makhluk tersempurna, Engkau ciptakan
Dimulai dari Adam dan Hawa
Itu semua di hadapan-Mu, sama derajat
Tinggi rendahnya….
Perbedaan lahiriah, bukan perbedaan batiniah
Daku yakin, teman….
Perbedaan hanya setipis kulit luar saja
Jangan memperuncing perbedaan, teman….
Tetapi justru dengan perbedaan kita tuju
Kebersamaan….
Mencoba mengerti, mencoba menghargai
Tujuan perdamaian dan kebahagiaan
umat, insya Allah tercapai jua.
Guru
Dari tempat teramai di ibu kota,
Sampai desa terpencil engkau berada,
Kau didik kau bimbing generasi muda,
hingga generasi dewasa,
Dari tak dapat membaca,
Sampai menjadi cendikia, sarjana,
Bila berhasil tak ada pujian, itu kewajiban,
Oh, guru selalu menjadi tumpuan harapan,
Kau dianggap makhluk prima,
Yang tak mengenal alpa,
Bila kau berbuat kesalahan
Engkau mendapat, palu berat, hinaan dan cercaan,
Mereka lupa, bahwa kau manusia biasa,
Yang tak luput dari kekhilafan jua,
Tetapi kau tetap berjuang di pendidikan
Karena kau percaya, belajar dan mengajar….
Adalah perintah Tuhan
Guru, Guru,
Kau pejuang yang tak mengenal pujian…..
Sorga Dunia
Banyak insan tak percaya,
Bila kukatakan sorga ada di mana-mana,
Yang kumaksud adalah sorga dunia.
Bila insan dapat mengamati
keagungan-Nya,
Itulah sorga dunia,
Bila insan dapat meresapi ayat-ayat
suci-Nya,
Itulah sorga dunia,
Bila insan dapat menikmati rahmat dan
karunia-Nya,
Itulah sorga dunia,
Bila engkau mencintai seseorang,
Orang itu pun membalas dengan
Tulus,
Itulah sorga dunia.
Banyak lagi sorga dunia, Bila insan ingin mempelajari,
Kejar selalu sorga dunia, dengan jalan mensyukuri,
Sebelum kita, insan meninggalkan dunia yang fana ini.
Usia
Tahun ke tahun, setiap insan kau jelang lagi,
Kau datang untuk diperingati,
panjang, pendek insan memiliki,
Sekejap, lanjut yang penting isi,
Untuk bekal menghadap Ilahi.
Rahasia Kehidupan
Sering kali kita bertanya
Mengapa terjadi peristiwa itu
Kita yang kecil sedebu ini
Tak dapat mencernakan makna ketentuan-Mu,
Rasa hatiku, Engkau tak adil
Rasa hatiku, Engkau tak bijak
Rasa hatiku, Engkau tak sayang
Rasa hatiku, Engkau tak, tak, tak….
Engkau Maha penentu,
Itu yang menyadari kita semua,
Rahasia kehidupan adalah
Tantangan
Untuk kita memecahkannya
Setelah kita yang kecil sedebu ini
Percaya, bahwa di balik setiap
peristiwa
ada
Hikmah-Nya.
Itu rahasia kehidupan.
Bunga Rumput Kecil
Tak satu pun makhluk
Memandang, melihat, mencumbuimu,
hai, Bunga rumput yang kecil,
Makhluk sekitarmu, hanya dapat
menginjak-injak dirimu,
Mereka tidak sadar, di dalam kepapaan
dirimu,
Mereka tidak sadar, di dalam kekecilan
dirimu,
Engkau memiliki keindahan tersendiri,
Engkau memiliki daya tarik tersendiri,
Engkau memiliki kekuatan tersendiri,
Bila engkau bersatu, engkau merupakan
kekuatan yang amat dahsyat,
yang dapat mengungguli makhluk-makhluk
sekitarmu
Karena, Tuhan sadar, bahwa engkau diciptakan untuk
mengutuhkan alam semesta ciptaan-Nya.
Karena, Tuhan sadar, tanpa engkau keindahan alam
semesta tidak akan sempurna.
Pohon Cemara
Tinggi, menjulang ke atas batang tubuhmu,
Ramping, indah angkuh tak sempat, memandang ke bawahmu,
Tak kau hiraukan pohon-pohon kecil, rimbun, pendek
sekitarmu.
Angin kencang menerpa dirimu,
Badai, topan mencoba menggoyahkanmu,
Hujan deras mengguyurmu,
Berusaha melepaskan tubuh dan
akar-akarmu.
Kau tetap pongah, tegar memandang ke atas langitmu,
Kau lupa kuman-kuman, rayap-rayap kecil di kelilingmu,
Beribu-ribu mereka, badanmu mulai digrogoti,
Dari bawah, ke atas perlahan-lahan tetapi pasti.
Sebelum kau sadar
Tanpa kau sadar,
Tubuhmu menjadi rapuh
Dengan sapuan angin yang lembut,
Engkau tumbang, gugur ke bumi.
Musyawarah
Dalam suasana sejuk nyaman ini kita saling berhadapan,
Dalam suasana sejuk nyaman ini kita saling berhadapan,
Dalam suasana sejuk nyaman ini kita saling berpandangan.
Silang-saling mengeluarkan dan
mendengarkan pendapat,
Silang-saling mengeluarkan daya
muslihat.
Menuju kesatuan mufakat,
Mencapai keinginan kesatuan suara bulat
Untuk kesejahteraan insan seluruh umat.
Rakyat Kecil
Kau, rakyat kecil
Selau menjadi buah bibir bagi pengejar kekuasaan
Kau, rakyat kecil
Selalu menjadi hiasan, pemanis bagi pengejar kekuasaan.
Kau, rakyat kecil
Selalu menjadi tumpuan janji bagi pengejar kekuasaan,
Tetapi
Bila kekuasaan telah tercapai di tangannya
Kau, rakyat kecil
Dilupakan mereka
Lupa janji
Lupa ikatan
Kau, rakyat kecil
Selalu menjadi
Korban kekuasaan.
Wanita Karir
Banyak orang yang meragukan
kemampuanmu,
Mampukah engkau berfungsi tetap sebagai
seorang ibu?
Masih mampukah engkau menjalankan
kewajiban seorang istri?
Dapatkah engkau melakukan tugasmu
menjadi ratu rumah tangga?
Beribu-ribu lagi pertanyaan, menjadi tanggung jawabmu,
Mereka lupa, bahwa setiap manusia diberikan kelebihan dan
kekurangan,
Aku yakin, engkau tak melupakan kodrat hakikimu,
Bila ada kekurangan, nohon dimaafkan
Bila ada kelebihan, tolong diakui sebagai hakmu.
Aku yakin, engkau wanita karir yang
beriman,
Mengemban tugas dan tanggungan yang
mulia
Menyumbang ilmu mendidik bangsa itu
ibadah,
Dimulai dari diri sendiri, keluarga
menuju
Negara.
ABRI
Asal mulamu dari rakyat,
Bila ada musuh, menyerbu mendatang,
Bersama rakyat, engkau berdiri terdepan, menjadi
penghadang,
Engkau gagah berani, melawan siapa pun penghalang,
Engkau pertahankan keutuhan Nusa, bangsa dan negara,
Bila perang usai, wajah yang keras menjadi lembut,
Engkau kembali ke asal mulamu, rakyat menyambut,
Hai, ABRI, itulah sumbangan nyata
Dana, baktimu.
Jenazah
Wajah-wajah duka nestapa yang dalam mengelilingimu,
Ratap pilu tangis sedih mengiringimu,
Patutkah kerabat, sahabat, karibmu
Bertingkah laku demikian di hadapanmu?
Bila kerabatmu insyaf….
Bahwa engkau jenazah,
Yang berwajah pasrah,
Perpisahan ini hanya sementara,
Untuk berkumpul lagi di alam Baka.
Rindu
Batin menjerit, batin menderita
Menjerit pedih tetapi nikmat,
Menderita sakit tetapi bahagia,
Aneh sebenarnya, aneh kenyataannya,
Tapi benar, tapi Nyata,
Rindu Rasa, Rindu Nyata
Anugerah penyakit dari Yang Esa,
Bagi umat-Nya yang sedang bercinta.
Nur Ilahi
Dibalut kelam, gelam,
Rasanya tak tahan lagi menahan, beban
Ku tak tahan lagi melanjutkan langkah
punggungku terasa rapuh,
Benteng semangat hampir hancur lebur,
Badan tak tertopang hampir rubuh,
Samar-samar terpancar Nur Ilahi,
Hasrat, semangat hidup, muncul kembali,
Makin lama makin membesar
Menyinari dari atas sampai dasar
Oh, Tuhan, bimbinglah bidukku ini
Sampai cita-citaku tercapai nanti.
Primadona Panggung
Didambakan selalu oleh para pemuja,
Selalu menghadiri impian mereka,
Wajah ayu, segar, cantik jelita,
Dikeliling di mana-mana oleh tawa ria gembira,
Kesedihan dalam hati boleh disimpan saja,
Tapi ingat masa suram mendatang jua,
Tak akan dapat dihindar menjadi tua-renta,
Mulai para pemuja memaling muka.
Itulah dia, panggung sandiwara.
Pelacur
Di wajahmu, di sisimu yang rapuh,
Engkau insan yang dinista, dihina dan dicerca,
Di wajahmu, di sisimu yang rapuh,
Engkau insan sumber inspirasi para seniman dan penyair,
Di wajahmu, di sisimu yang rapuh,
Engkau telaga tempat bermuara nafsu lelaki.
Satu panggilan yang mengubah wajahmu,
Sisimu menjadi tegar ooooooo
Bila terdengar panggilan
“ibu”
Oh, Cintaku, Tuhanku
Bukalah pintu hati si ibu
Ke jalan yang engkau ridai.
Lidah
Jago silat yang kuat perkasa.
Jago silat yang gagah berani,
Harus mengakui bahwa
Silatmu jauh lebih Berjaya
dari
mereka
Dengan silatmu engkau pecahkan persoalan yang mahasulit,
Dengan silatmu engkau selesaikan persoalan yang
maharumit,
Dengan silatmu engkau mengubah hari ini Ya, esok tidak,
Dengan silatmu engkau kobar api peperangan
Dengan silatmu manusia saling berbunuhan
Dengan silatmu manusia menyakiti
Uh, lidah muak aku
denganmu,
Dasar kau tak bertulang,….
Pemikir
Engkau diberikan kelebihan oleh-Nya
Mempunyai penalaran dalam wawasan yang luas
Engkau diberikan kelebihan oleh-Nya.
mempunyai kepekaan sosial yang tajam
Tajam memang lebih tajam dari pisau
Luas memang lebih luas dari Samudra
Berpikir, tugasmu adalah berpikir hai Pemikir
Berpikir, mengenai segala kejadian di dunia
Sedikit pesanku, wahai Pemikir
Bila engkau akan membuat program
hasil buah pikiranmu
Buatlah program yang dapat disuaikan
dalam lapangannya bagi kami pelaksana.
Bila tidak, bila tidak
Akan sia, sia, sia, sialah
Buah pikiranmu,
Wahai, Pemikir…..
Tentang Dewi Motik Pramono
Dra. Hj. Dewi Motik Pramono terlahir
dengan nama Cri Puspa Dewi Motik. Lahir di Jakarta, 10 Mei 1949. Memperoleh
pendidikan dengan gelar sarjana pendidikan dari IKIP Rawamangun, Jakarta dan
sarjana seni rupa dari Florida International University, Miami, USA. Menikah
dengan Pramono Soekasno tahun 1975.
Menjadi direktur dari beberapa perusahaan swasta. Mendirikan IWAPI (Ikatan Wanita
Pengusaha Indonesia) tahun 1975. Aktif
di Kamar Dagang dan Industri Indonesia (KADIN) dan banyak organisasi lain.
Catatan Lain
Puisi-puisi di buku ini semuanya berada
di halaman ganjil. Sedang halaman genapnya dibiarkan kosong. Cuma dua puisi
yang panjangnya lebih dari satu halaman, yaitu “Pra-Puisi” dan “Munafik”,
sehingga menempati halaman genap di halaman berikutnya. Halaman genap ada di
bagian kiri, sedang halaman ganjil ada di bagian kanan.
H.B.
Jassin, memberi pengantar sepanjang 3 halaman, dijuduli Sajak-sajak Seorang
Wanita Karier. Kata H.B. Jassin di beberapa bagian: “Sajak-sajak ini
terlahir dari pengalaman lingkungan keluarga, lingkungan pekerjaan, lingkungan
semesta, yang meruyak sampai ke batin, diungkapkan dengan bahasa yang jelas dan
terang, dengan gaya yang tidak dicari-cari.//Tak perlu dimungkiri bahwa
sajak-sajak ini mengandung makna dan amanat, banyak kita bertemu kearifan hidup
yang ingin disampaikan kepada sesama.//Sajak-sajak ini penuh pikiran, penuh
penalaran, penuh pesan dan amanat, penuh peringatan dan ajaran, yang semuanya
adalah sah adanya.”
Ada
satu puisi tamu, yaitu karya Drs. Heidjrahman R, yang berjudul “Kau”, di bagian
belakang buku. Daftar isi juga ada di bagian belakang. Sedang biodata penulis
ada di sampul belakang buku.
Yang
tak ada adalah halaman identitas buku. Tak ditemukan siapa penerbit, kapan,
siapa yang membuat sampul buku dan segala hal terkait. Yang ada hanya
keterangan dari tulisan H.B. Jassin, yang dibuat di Jakarta, 27 Agustus 1987
dan dari tahun itulah yang saya ambil untuk memperkirakan tahun terbit buku
ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar