Data
buku kumpulan puisi
Judul : Kupeluk Kau di Ujung Ufuk
Penulis
: Akhmad Taufiq
Cetakan : I, 2010
Penerbit : Gres Publising, Yogyakarta
Tebal : ix + 80 halaman (56 puisi)
ISBN : 978-602-96829-1-5
Tata Letak : Anes Prabu S
Pracetak : Siswanto
Cover : Suharmono
Sepilihan puisi Akhmad Taufiq dalam Kupeluk Kau di Ujung Ufuk
Kelana Kota
Aku tidak tahu, ---
mengapa daun itu gugur
di tengah musim semi
Aku juga tidak tahu, ---
mengapa muara air sungai itu
berhenti,…
sebelum sampai ke samudera
aku sendiri tidak tahu, ---
mengapa hidup itu
tidak jiwa
dan, angan angan
di simpang
jalan
Aku, aku sendiri,--
tidak tahu
mengapa diri
menjadi ---kelana---
di tengah temaram
---
kota ---
Jember, 2 Mei 2001
Isyarat Alam
I
Barangkali samudera yang kemarin
sedang bergemuruh itu
adalah bagian terkecil
dari isyarat alam
yang akan menjelmakan jiwanya
Maka harapku,--
engkau adalah bagian besar
dari samudera itu
yang senantiasa
dapat memahami
riak dan gelombang
yang mungkin akan
selalu lahir
dalam garba alammu
Surabaya, 21 Juli 1998
Kupeluk Kau di Ujung Ufuk
Kupeluk Kau di ujung ufuk
kala samudera menabur sepi
dan alam menjadi gelisah
dalam tubuh yang semakin lelah
Kupeluk Kau di ujung ufuk
seperti maghrib yang hampir berlalu
menjadi gelap
dalam sukma yang menimbang rasa
Sementara cumbu yang pernah Kau tawarkan
bak kilatan cahaya sesaat
dalam samudera hasrat
Kupeluk Kau di ujung ufuk
hanya sebatas cakrawala yang timbul
tenggelam dalam hidup yang selalu bersimpuh
dalam nafsu yang senantiasa luruh
Dan, ---
sekadar kau tahu
bahwa waktu istirah
yang dulu pernah kita janjikan
tinggal sepenggal dalam nafas yang tersengal
Hanya sebatas ufuk,
kita menanti kerelaan
Jember, 13 Agustus 2009
Takdir Insani
Ku jelang siang kala pagiku merindu
Ku jelang malam kala petangku termangu
Detik menuju menit
dan menit meniti saat untuk
menjungkirbalikkan mimpi yang lama
tlah memusara hati
Teriakan matahari
teriakan laut
dan teriakan bumi
adalah sangkala waktu menggores
takdir insani
Jember, 22 Desember 2008
Di Batas Ufuk itu
Sejenak kulihat ufuk di sebelah barat
hidup kita yang bersimpuh di bawah temaram
cahaya cinta
Aku yang kelana,---
berlari mengejar mega yang memerah rasa
Di batas ufuk itu,---
Aku menjadi tenggelam
Di batas ufuk itu,--
mengapa kulihat engkau terdiam
Aku lagilagi menjadi kelana
memburu ufuk di batas langit yang memusara
rasa
Jember, 23 Januari 2009
Adakah Hidup Ini Menjadi Pengantin Abadi
Adakah hidup ini menjadi pengantin abadi
tatkala nafiri alunkan jiwa yang kelana
dan sejenak mata memandang
sejenak menjadi sunyi
Alunan nafiri itu menjadi senyap
tenggelam dalam kerinduan yang menyamudera
Adakah hidup ini menjadi pengantin abadi
kalau nafiri zaman tlah jauh meninggalkan kita
Akhirnya, aku terdiam sendirian
di tengah samudera raya
Barangkali saja nafiri zaman itu datang
membawa dua gaun sutera putih
Menyambut jiwa yang kelana
lantunkan nafiri keindahan
Jember, 29 Januari 2009
Oase Takdir Mimpi
Jangan tanyakan jati diri
Kalau yang sejati tlah kita bunuh sendiri
Sejak zaman azali
Maka berbaringlah
barangkali oase takdir mimpi
masih milik kita
Dan tatap,---
semburat pagi
Jember, 13 Agustus 2007
Antara Kau dan Aku
:
Kepadamu yang selalu kepadaku
Antara kau dan aku
adalah seribu malam perjalanan
ketika itu,---
malamku sepi memagut
lantaran hujan badai
habis turun
dan bekal batinku
telah terenggut
Malam itu, sepi memagut
sedangkan rinduku
tak pernah terpaut
Kekasihku,…!!!
mungkin kau sudah lupa
antara kau dan aku
adalah seribu malam perjalanan
Jember, 2 September 1994
Mengapa Kita Suka Menghirup Kegelapan
Mengapa kita suka menghirup kegelapan
kalau cahaya ingin merasuki sukma
Mengapa juga kita suka membungkam pagi
kalau malam tlah beringsut pergi
Mengapa kita masih sempat memintal ombak
kalau pasir pantai hendak menjadi badai
Mengapa kita masih ingin mendekap bumi
kalau tangan kita tetap saja lunglai
Mengapa masih saja kita tulis puisi
kalau jiwa kita tlah menjadi mati
Jember, 3 April 2009
Mengapa Kau Janjikan
Di mana akan kita baca puisi bersama
kalau waktu tlah menghapus goresan sukma
Di mana indahnya pertemuan yang pernah
kau janjikan untuk kita
kalau jiwa kita mendadak
menggigil dan mengiba
Oh Tuhan,---
mengapa engkau titiskan
asa dalam bentangan samudera yang tak berufuk
Mengapa Engkau tiriskan
air rasa dalam kubangan jiwa yang sesak
Aku yang tenggelam,---
Dia yang bermain dengan gelombang
Aku yang terdampar,---
Dia yang bermain dengan awan
Tuhan,---
aku hanya dalam igauan
Jember, 20 Januari 2009
Alkisah Tentang Hujan
Di sini hujan,---
tidak seperti biasanya
setiap aku pulang ke kampung halaman
daun menjadi kering
tanah menjadi merekah
tubuh menjadi peluh
hari ini hujan,---
tidak seperti biasanya
pagi yang gerah menjadi basah
tidak seperti hatiku, yang tetap saja
menjadi kering
kerinduan yang mestinya menjadi hujan
hanya menjadi gerimis kecil
yang hanya membasuh sebagian luka
yang semakin menganga
Lamongan, 20 Maret 2009
Sebut Atas Asma
I
Dalam kekelaman malam
ataupun dalam detak waktu
yang tanpa batas
NamaMu berada di atas segala nama
NamaMu adalah kemenangan
dalam zat dan jiwa
Ku tahu,--
segala ada, akan tiada
oleh ketiadaan namaMu
NamaMu penuh seluruh
NamaMu penuh suruh
dari itu,…
Aku ingin bernaung,--bernaung
di bawah keagungan zatMu
Tuhan,--
aku selalu
rindu
II
Di mana aku berada
selalu kusebut namaMu
biar hatiku susah sungguh
biar hatiku tlah runtuh
namaMu kusanjung
kucumbu dalam rahimMu
Sekali kalipun, ku tak mau
pulang sendiri tanpa namaMu
aku ingin, -- selalu
slalu dalam rahimMu
Jember, 17 Oktober 1993
Lalat Bau Mayat
:
Catatan untuk anak-anak Euthopia
Di negeri sana
seorang anak manusia
tengkurap
lekat serat pada tanah
tahankan tangan lunglai
mencengkeram perut
menggeliat geliat
menggerapai
keinginan yang
tak sampai
Lihatlah,…!!!
Mereka itu saudara
Mereka itu sesama
Lalat lalat mayat
telah meludahi bibirnya
cacing-cacing tanah
bersorak menepuk muka
Tuhan,---
Mereka itu saudara
Mereka itu saudara
Tuhan,---
antara mereka adalah duka
antara mereka adalah tanah anyir
yang setiap waktu
semakin nyata
Tuhan,--
Mereka adalah hamba
II
Tuhan,--
anak
anak manusia
yang seharusnya berlagu senda
kini telah sibuk
menepuk lalat
bau
mayat
Lihatlah,…!!!
seorang anak manusia
bersujud di tanah
tanpa alas
memberi tangis pada negeri
yang lama tak terhitung waktu
hingga
anak itu
jadi
beku
Jember, 22 Desember 1993
Tuhan
Tuhan,---
Ingin kureguk cintaMu menyatu dalam darahku
mengaliri setiap nafas
menghujam pada setiap detak jantungku
Aku manusia kelana,---
yang setiap waktunya tersesat
dalam gumpalan hasrat dan nafsu
kerinduan
adalah angin
kesendirian
adalah matahari
di
padang pasir
Aku haus Tuhan,
haus,……
Tuhan,--
hamparan
bumiMu adalah…
keluasan
hidupku
SemestaMu
adalah…..
keluasan
jiwaku
Aku
mengembara di negeri asing*
Tuhan, aku tahu,---
malam ini bukanlah malamku
bukan juga malam kemarin atau esok
tapi,---
berikanlah sejenak untukku
menikmati waktuMu
Biar hati ini tidak susah sungguh
Biar diri ini tidak rapuh
Tuhan,---
Aku memang selalu merinduMu
baitku adalah namaMu
serak parau doaku adalah harapku padaMu
tapi,---
mengapa aku mengembara di negeri asing?
aku
lunglai
terkubur dalam gumpalan hasrat dan nafsu
CahayaMu
sunyi, sementara
tangisku…
adalah
rintih malam
dikelam
mimpi
Tuhan,---
tubuh ini, mata ini, nafas, dan darah ini
adalah gelombang kuasaMu
yang memercik dalam mata hatiku
Aku sadar,---
bahwa cintaMu mengarungi semesta
Aku sadar,---
bahwa kasihMu adalah oase kerinduanku
Tuhan,---
aku lagilagi berkelana di negeri asing
debu
duka
debu
dosa
adalah jerit panjang kerinduan
cintaku
padamu
mengapa
aku tersesat
di
negeri asing?
aku bersimpuh…
deraian air mata
menusuk dalam sukmaku
sujud dan dzikirku
adalah
saksi alam yang membisu
Tuhan,---
Aku
tersesat di negeri asing
hanya maafMu
menjadi samudera kalbu
hanya cintaMu
menjadi pintu akhir hidupku
Sebab
aku tahu, Tuhan
kematian
adalah
keniscayaan
Surabaya, Januari 2005
*adalah baris ke-12 puisi Chairil Anwar yang berjudulDoa
dalam kumpulan Deru Campur Debu
Darah di Palestina
Kulihat
darah sepanjang sejarah
di
tanah Palestina
entah
atas nama apa
atas
nama Tuhankah?
ah,
tidak, --
Tuhan
tak pernah seru tumpahkan darah…
entah
atas nama apa
atas
nama keangkuhankah
ya,
atas nama keangkuhan
jiwajiwa
manusia kerdil dan lelah
kulihat
darah di hamparan sajadah
anakanak
Palestina, …
yang
terkulai dalam dekap
istirah
bumi yang memerah
Gaza
dan Rafah menjadi lahan amarah
Gaza
dan Rafah menjadi saksi
ibu
dan anakanak Palestina
memuntah
darah
Tuhan,---
anakanak
kecil yang mestinya bergelut senda
kini
sibuk berbaring dan menyeka darah
Tuhan,
---
anak-anak
yang mestinya bernyanyi dan
beristirah
kini
sibuk berlari di lorong-lorong Rafah
Tuhan,
---
ribuan
anakanak Palestina menggigil dingin
menangisi
kehidupan
ribuan
tentara Israel bersorak sorai
merayakan
kematian
Tuhan,
---
atas
nama apakah gerangan?
inilah–katanya–tanah
yang dijanjikan
tanah
para nabi mengistirahkan diri
pada
yang Ilahi
bukan
tanah orang yang meng-klaim diri
anak
para nabi yang suka menyanjung diri
itulah
tanah, ---
tempat
anakanak Palestina bernyanyi dalam
tarian
Ilahi
Itulah
tanah, ---
tempat
anakanak palestina bersimpuh dan
menyatukan
diri
Tuhan,
---
Selamatkan
mereka ini!!!
Jember, 4 Pebruari 2009
Lilin Lilin Malam
Tetes tetes lilin
Meleleh berturutan
Menghapuskan setiap zat
Menghanyutkan setiap hasrat
Lilin lilin malam…!!!
Kau tanpa rasa
Jelmakan suasana
Lilin lilin malam…!!!
Kau dengan gema, lengang ruang
Jelmakan setiap kudus kudus jiwa
Ataukah kehampaan rasa…???
Jember, 1993
Tentang Akhmad Taufiq
Akhmad Taufiq lahir di
Lamongan, 19 april 1974. Merupakan staf pengajar pada Program Studi Pendidikan
Bahasa dan Sastra (PBSI) FKIP Universitas Jember. Kupeluk Kau di Ujung Ufuk
merupakan kumpulan puisinya yang pertama.
Catatan Lain
“Bersama semesta
alam,/dan,…/Semesta hati/Kupersembahkan puisi ini/untuk manusiamanusia/Yang
merindukan baitbait/Kasih.” Kira-kira demikian bunyi halaman persembahan di
halaman vi.
Puisi di buku ini disusun secara
kronologis. Puisi pertama Lilin Lilin Malam, bertanda Jember, 1993.
Dan paling akhir Kutuliskan Sajak Kerinduan, bertanda Jember, 5
Oktober 2009.
Di sampul belakang buku ada testimoni Rahmad Djoko Pradopo
dan Mahwi Air Tawar. Rahmad Dojo Pradopo mengamini penyair, bahwa puisi-puisi
di kumpulan ini bertema ‘kegelisahan’ dan ‘refleksi hidup’.
Dimana klw mau pesan buku ini yh?
BalasHapusKalau mau beli buku itu dimana ya?
BalasHapusSemoga dibalas
Coba cari di Jual Buku Sastra (JBS) atau lapak online lainnya.
Hapus