Data Buku Kumpulan Puisi
Judul :
Jalan Menuju Cinta
Penulis :
Jalaluddin Rumi
Penerjemah
: Asih Ratnawati
Judul asli
: In the Arms of the Beloved oleh
Jonathan Star
Cetakan :
I, Mei 2000
Penerbit :
Terompah, Yogyakarta
Tebal :
250 halaman (59 puisi, 5 cerita)
ISBN :
979-9323-01-0
Disain
cover : Wenk Mohan
Beberapa pilihan
puisi Jalaluddin Rumi dalam Jalan Menuju
Cinta
Yang
Seribu dari Jiwaku
Wahai
Tuhan Pemilik Keindahan, Pemilik Anugerah
Masukilah
jiwaku
sebagaimana
kau masuki kebun yang penuh bunga
Hanya
sebab kerling-Mu batu berubah jadi manikam
Satu
isyarat dari-Mu telah cukup untuk
mencapai
setiap tujuan
Datang,
datanglah. Engkaulah kehidupan dan pembebasan manusia
Datang,
datanglah. Engkaulah mata dan cahaya Yusuf
Eluslah
kepalaku. Sebab sentuhanmu mencahayai kegelapan tubuhku
Datang,
datanglah. Engkau menganugerahkan keindahan dan rahmat
Datang,
datanglah. Engkau penyembuh seribu jenis penyakit
Datang,
datanglah. Meski belum pernah kau tinggalkan aku
tetaplah
kemari dan dengarkanlah puisiku
sebab
Engkaulah yang seribu jumlahnya dari jiwaku
Pergilah
dan bawa serta kerinduan masa lalu
Engkaulah
Kekasihku
Jika Raja
tidak bersemayam di singgasana dunia ini
Yang ada
hanya kegelapan dan kegamangan
Engkau
bergembira dan hidup dengan napas-Nya
Engkau
bergerak karena kekuatan yang mengalir dari cinta-Nya
Sekarang
saatnya, seperti seniman, Engkau mencipta
Sekarang
saatnya, seperti pelayan, engkau menyapu
Setiap
yang Kau sentuh akan menuju
dan
terbang bersama sayap-sayap bidadari
Namun,
ingatlah, sayap-sayap itu tak cukup kuat
membawamu
terbang menuju Tuhan
Sama
seperti seekor kuda bagal yang dikendarai Nabi
Hanya
cinta yang akan membawamu kembali menuju Tuhan
Awan Hitam
Luluhkan
dirimu
Luluhkan
dirimu dalam cinta
Ketika kau
luluhkan dirimu dalam cinta
akan kau
temukan segalanya
Luluhkan
dirimu
Luluhkan
dirimu
Jangan
takut kehilangan
Karena
engkau akan bangkit dari atas tanah
dan
memeluk surga abadi
Luluhkan
dirimu
Luluhkan
dirimu
Larikan
dirimu jauh-jauh dari bentukan tanah
Sebab
tubuhmu adalah belenggu
maka
engkau narapidana
Lemparkan
dirimu keluar dari tembok penjara
dan
berjalanlah bersama para raja dan pangeran
Luluhkan
dirimu
Luluhkan
dirimu di telapak kaki Raja yang mulia
Ketika kau
luluhkan dirimu di hadapannya
engkau
akan menjadi Raja
Luluhkan
dirimu
Luluhkan
dirimu
Berlarilah
dari awan hitam yang menyelubungimu
Akan kau
lihat cahayamu sendiri
bersinar
seterang cahaya purnama
Sekarang
masukilah kesunyian
Inilah
jalan yang paling bisa kau percayai
untuk
meluluhkan dirimu ...
Seperti
apakah hidupmu, seperti apa? - Bukan apa-apa
selain
perjuanganmu melawan seseorang
Bukan
apa-apa, selain pelarianmu dari kesunyianmu
Siapa yang
mengatakan bahwa yang abadi telah mati?
Siapa yang
mengatakan bahwa Cahaya hidup telah redup?
Musuh
matahari tinggal di atas atap
Dengan
mata terpejam ia berteriak lantang,
"Matahari
yang terang benderang telah mati!"
Seperti
Ini
Jika
seseorang bertanya
"Seperti
apakah keindahan yang sempurna itu?"
Tunjukkan
wajahmu padanya, lalu ucapkan
Seperti
ini
Jika
seseorang bertanya
"Seperti
apakah bentuk bulan purnama?"
Panjatlah
atap tertinggi, lalu berteriaklah lantang
Seperti
ini
Jika
seseorang bertanya
"Seperti
apakah sayap bidadari itu?"
tersenyumlah
kepadanya
Jika ia
bertanya tentang aroma surga
Peluklah
ia rapat-rapat, biarkan wajahnya
membusai
rambutmu,
Seperti
ini
Jika
seseorang bertanya
"Bagaimana
Isa menghidupkan orang mati?"
Jangan
ucapkan apa-apa kepadanya walau
hanya
sepatah kata --
Ciumlah
pipinya dengan lembut,
Seperti
ini
Jika
seseorang bertanya
"Bagaimana
rasanya terbunuh cinta?"
Pejamkan
matamu, lalu sobeklah bajumu
Katakan
padanya,
Seperti
ini
Jika
seseorang bertanya tentang rupaku
Tengadahkan
wajahmu, lalu pandanglah
angkasa
dengan matamu lebar terbuka
Seperti
ini
Sesungguhnya
jiwa memasuki satu jiwa lalu
jiwa
lainnya
jika ia
masih meragukannya pula
Masuklah
dirimu ke rumahku
lalu
ucapkan selamat tinggal kepadanya
Seperti
ini
Kapan pun
seorang pencinta mengisakkan tangisannya
Ia
kisahkan kembali cerita kita
Dan Tuhan
menekurkan kepala-Nya
mendengarkan
Seperti
ini
Aku
seperti gudang penyimpan harta berharga
Aku serupa
dengan kepedihan pengingkaran pada diri
Agar kau
bisa melihatku, arahkan
pandangmu
lebih rendah, ke tanah
Lalu
pandanglah surga
Seperti
ini
Hanya
angin sepoi saja yang mengetahui
rahasia
penyatuan
Dengarkanlah
suara lembutnya
membisikkan
satu lagu bagi setiap hati
Seperti
ini
Jika
seseorang bertanya
"Bagaimana
seorang pelayan akan dapat
meraih
rahmat Tuhan?
menjadi
lilin yang bersinar hingga terlihat setiap orang?"
Seperti
ini
Aku juga
ditanya tentang aroma tubuh Yusuf
yang
memperjalankannya dari satu kota ke kota lainnya
Itulah aroma
tubuhmu
yang
ditiupkan Tuhan dari dunia-Nya yang sempurna
Seperti
ini
Aku
ditanya lagi tentang aroma tubuh Yusuf
yang
membuka mata dan penglihatan yang buta
Itulah
tiupan-mu
yang
menyapu kegelapan dan menjernihkan
pandangan
mataku
Seperti
ini
Mungkin
Syams akan lebih dermawan
Mengisi
relung-relung hati kita dengan cinta
Mungkin ia
akan menaikkan satu lengkung alisnya
dan
melempar kita dengan satu lirikannya
Seperti
ini
Jangan
lagi kita percakapkan malam!
Pada
lintasan hari-hari kita malam tak pernah singgah
Pada agama
Cinta kita
tak ada
agama dan tak ada cinta
Cinta
ialah lautan Tuhan yang tak bertepi
Namun,
alangkah mengherankan,
Ribuan
jiwa tenggelam dalam lautan itu dan
berteriak
lantang
"Tuhan
tidak ada!"
Wahai
mata, gosokkan kemejamu dalam darah
Wahai
jiwa, gantungkan baju-bajumu pada
roda
kehidupan dan kematian
Wahai
lidah, biarkan Pencinta menyanyi
Wahai
telinga, mabuklah oleh nyanyian-Nya
Yang
tercinta
Ada sebuah
tempat di mana kata-kata
menjadi
sunyi
di mana
bisikan-bisikan hati muncul dan
tak
tertabiri
Ada sebuah
tempat di mana suara
menyanyikan
keindahanmu
sebuah
tempat di mana setiap nafas
memahat
dirimu
di jiwaku
Wahai Kekasih, Dekap Aku dalam Cintamu
Asap yang
menari bersama cinta –
Wahai
Kekasih, dekap aku seperti asap yang menari itu
Panas yang
membakar dalam api
Wahai
kekasih, dekap aku seperti panas membakar api
Lilin
cintaku terbakar oleh rasa kangen
Seperti
lelehan lilin ia menangis
Seperti
sumbu lilin yang terbakar habis
Wahai
kekasih, dekap aku seperti lilin yang
meleleh
karena sumbunya terbakar api
Saat
sekarang kita berjalan bersama menyusuri jalan cinta
Tak dapat
kita tidur lagi malam-malam
Di rumah
penginapan pemusik menabuh genderang dan drum –
Wahai
Kekasih, dekap aku seperti pejalan dan pemusik itu
Malam
gelap, para pecinta tak terlelap
Jangan
ganggu mereka dengan keinginan untuk tidur sejenak
Satu yang
mereka inginkan, di sini bersama kita
Wahai
Kekasih, dekap aku seperti para pencinta luapkan cinta
Penyatuan
diri bagaikan sungai yang mengalir dengan
sepenuh
godaan menuju laut
Malam
nanti bulan akan mencium bintang-bintang
Majnun
menjelma Laila –
Wahai
Kekasih, dekap aku seperti mereka
Tuhan
adalah segalanya
Ia
menganugerahi kebaikan bagi penyair itu
Segala
yang kusentuh dan kulihat berubah menjadi nyala cinta
Wahai
Kekasih, dekap aku dalam pernyataan cinta yang serupa
Pada hari
cintamu menyentuhku
Aku
menjadi gila hingga kawanan orang gila
menjauhiku
dan lari dariku
Kata-kata
dari sang pujangga tak kan pernah menawan
mantra
yang kau sorotkan ke jiwaku lewat gerak alis mata
Penghinaan Suci
terhadap Tuhan
Berangkatlah
dan belajarlah
Arah jalan
yang ditempuh para pecinta
berlawanan
arus dengan arah yang bukan pecinta
Kebohongan
Sahabatku
tetap
terasa lebih jujur daripada kejujuran
dan
kebaikan hati teman-temanku
Bagi Dia
Yang
mulanya serasa tak mungkin digapai
menjadi
biasa-biasa saja
Mudah saja
Hukuman
menjadi hadiah
Tirani
menjadi keadilan
Cacian
menjadi pujian
Kekasaran
sikapnya terasa lembut
Penghinaannya
terasa tulus suci
Darah yang
menetes dari luka tusukan duri Kekasih
lebih
merah dari merahnya kuntum-kuntum mawar dan basil
Saat
wujud-Nya pahit, nyatalah lebih manis terasa di lidah
daripada
warung penjual manisan dan gula-gula
Saat Dia
memalingkan wajah, terasa hangat peluk ciumnya
Saat Dia
mengucapkan, “Demi Tuhan, cukup sudah
kedekatan
kita di sini.”
Nyata
kurasakan ucapannya itu bagai sumber air abadi yang
mengalirkan
air kehidupan
Sepatah
kata “Tidak” yang meluncur dari bibirnya,
serupa
seribu patah “Ya”
Pada
lorong yang meniadakan kehadiran diri
Ia berlaku
bagai seorang asing
padahal
sesungguhnya ia Sahabatmu yang
paling kau
sayangi
Pengingkaran
pada janji itulah tanda kesetiaan
Batu-batu
di genggamannya itulah permata
Tuntutan
pengembaliannya itulah tanda pemberian
Kekejamannya
itulah kemurahan hati
Engkau
boleh menertawakanku dan mengolokku
“Lorong
yang kau tempuh penuh kelokan dan simpangan!”
Benar
sekali – sebab pada lengkung alis-Nya
Aku
memperniagakan cinta dalam jiwaku!
Lorong
yang melengkung itu membuatku
benar-benar
mabuk
Ayolah,
hatiku yang mulia, tamatkan bait
syairmu
dalam kesunyian
Wahai
Syams, Pangeran dari negeri Tabriz,
Kemanisan
apa lagi yang akan kau tuangkan ke dalam hidupku –
Yang
sungguh-sungguh perlu kukerjakan ialah membuka
mulut
lebar-lebar dan melagukan semua nyanyianmu
Setiap
hari hatiku menjeritkan tangis ratapan
Setiap
malam hatiku menjadi batu
Kisah cintaku
tertulis rapi di wajahku dengan tinta darah
Kuminta
Kekasihku membacanya
Ia
memintaku untuk melupakannya seolah
tak pernah
ada
Gundukan
khayalanmu yang menggunung
tak lebih
dari sekedar tumpukan remah-remah roti
Kedatangan
dan kepergianmu
tak lebih
dari sekedar permintaan maaf basa-basi
Dalam
sesaat
kau
dengarkan cerita hatiku
Bagimu tak
lebih dari cerita karangan hantu
Roti Mesir
Puisiku
seperti roti Mesir –
Jika tak
habis disantap dalam semalam, ia akan basi
Ambillah
sebagian dari puisiku selama ia masih segar
Sebelum
puisiku mengering terkena udara terbuka
Kata-kataku
muncul dari kehangatan hati
Mereka
menghilang oleh sebab dinginnya dunia
Seperti
ikan yang berada di tanah kering tandus
Menggelepar
sebentar lalu mati
Jika kau
ambil kata-kataku tanpa kau cerna
Engkau
sendirilah yang harus memberikan
warna pada
setiap kebenaran
dengan
pikiran dan anganmu
Wahai
manusia, engkau minum dari cangkir yang kosong
sedangkan
anggur yang amat berharga
mengalir
lewat saluran tong
Engkau
minum langsung dari sumur khayalanmu
seraya kau
semburkan kata-kata yang manis dan bijak ini
Jika tetap
kau makan roti yang sudah basi
karena kau
anggap roti itu masih baik
yang kau
rasakan tetap sama: sakit perut
Ia Memberiku Anggur
Agar Aku Turut Mencicipi Rasanya
Jangan
berputus asa jika Kekasih mengusirmu
sebab bila
Ia mengusirmu hari ini
berarti Ia
akan menghampiri dan
merangkulmu
lagi esok hari
Jika Ia
membanting pintu saat kau permisi di ambangnya
Jangan pergi
dulu, tunggulah sebentar –
engkau
akan segara dapat berdiri menyisi-Nya
Jika Ia
memasang sekat pada lorong-lorong rumah
Jangan
kehilangan harapan –
Sebab Ia
ingin menunjukkan padamu sebuah
jalan
rahasia yang tak seorang pun tahu
Tukang
jagal memotong kepala seekor domba
untuk
disembelih dan disantap dagingnya
Bukan
untuk dibuang!
Ketika
domba itu telah kehilangan semua nafas hidupnya
Si tukang
jagal meniupkan nafas hidupnya untuk si domba
Wahai,
Hidup sebagai apakah yang dibawa
oleh nafas
Tuhan kepada-mu!
Namun
keserupaan harus berhenti di sini –
Sebab
kedermawanan Tuhan jauh lebih dari
kedermawanan
tukang jagal itu
Tiupan
nafas Tuhan tidak pernah
membawa
pada kematian
Ia
anugerahkan kekayaannya kepada Sulaiman
untuk disampaikan
kepada seekor semut kecil
Ia berikan
semua harta yang tersimpan di dua dunia
kepada
siapa pun yang meminta dari-Nya
Ia memberi
dan akan selalu memberi
Namun
kemurahannya tak menyentuh sebuah hati
Aku telah
memperjalankan langkah ke semua tepian bumi
namun tak
kutemukan seorang pun yang serupa dengannya
Siapa yang
akan sesuai menjadi pasangan-Nya?
Siapa yang
akan mampu memegangi lilin kemuliaan-Nya?
Kesunyian!
Ia telah
memberi kita anggur untuk kita cicipi
tidak
untuk kita perbincangkan bagaimana rasanya …
Ia memberi
untuk kita hirup
Ia memberi
untuk kita cicipi
Ia memberi
untuk kita nikmati
Saat kita
terikat begini. Ia tambahkan belenggu lagi.
Saat kita
menderita, Ia tambahkan keluhan
Saat kita
tersesat di dalam rumah kaca
Ia
putarkan kita melingkar dan melingkar
tak
putus-putus
Lalu
ditambahkannya sebuah cermin lagi
Wajahku
memucat karena marah – jangan tanya mengapa!
Airmataku
mengalir seperti biji delima – jangan kau tanya mengapa!
Siapa yang
mempedulikan apa yang terjadi dalam rumahku?
Ada
tetesan darah di ambang pintunya – jangan tanya kenapa!
Nyanyian Rumput
Gelagah
Dengarkanlah
nyanyian rumput gelagah
Dengarkan
sungguh-sungguh ratapan
kesedihan
berpisah dari sang Kekasih
“Semenjak
aku direnggut dari kayu ranjang tidurku
Lagu
dukaku menyentuh hati setiap lelaki
dan
wanita, mereka meratap bersamaku
Kucari
hati yang terluka pedih karena perpisahan
Hanya
merekalah yang paham akan rasa
luka sebab
rasa rindu yang menggebu
Siapa pun
yang meninggalkan tanah kelahiran
akan
merindukan suatu hari untuk kembali pulang
Di tengah
orang-orang yang berwajah gembira maupun sedih
Aku
lantunkan nyanyian ratap tangis
Setiap
orang boleh mengartikannya dengan
makna
masing-masing
Tak
seorang pun pernah menyelidiki rahasia
dalam diri
ini
Rahasiaku
ada di ratapanku
yang
diketahui oleh mata dan telinga yang
mempunyai
cahaya saja”
Gemerisik
suara gelagah berasal dari api
bukan dari
angin yang menggoyangkan rumpunnya
Apalah
arti hidup manusia tanpa api?
Api
cintalah yang mengantarkan musik
kepada
gelagah
Aroma
cintalah yang memberi rasa pada anggur
Nyanyian
gelagah meneduhkan luka jiwa
karena
hilangnya cinta
Nadanya
menabiri hati
Apakah
racun yang terasa lebih pahit
Ataukah
gula yang terasa lebih manis
semanis
nyanyian rumpun rumputan gelagah?
Untuk bisa
mendengar lagu rumpun gelagah
Tinggalkan
semua yang pernah kau tahu dan
pelajari dalam
hidupmu
Di Kesunyian
Seorang
penuntun telah memasuki hidup ini
diam-diam
Pesannya
terdengar hanya dalam sunyi
Hiruplah
anggurnya
Luluhkan
dirimu
Jangan kau
hinakan kebesaran cintanya
Sebab ia
meringankan mereka yang menderita
dalam
sunyi sepi suara
Beningkan
permukaan cermin dengan tiupan nafasmu
Pergilah
bersamanya, tanpa kata-kata
Ia
mengetahui seluruh amalanmu
Dia adalah
seseorang yang memperjalankan
roda suara
dengan
diam sunyi kata
Setiap
pikiran yang terkubur di hatimu
Akan
diperlihatkannya padamu satu demi satu
dengan
diam
Ubahlah
setiap bentuk pikiranmu menjadi seekor burung
Biarkan
mereka terbang ke bagian bumi yang lain
Yang satu
burung hantu, satunya burung elang,
satunya
lagi burung gagak
Masing-masing
berbeda satu sama lain
Namun
dalam sunyi mereka hakikatnya sama
Agar bisa
memandang Bulan yang tak
terlihat
mata telanjang
Arahkan
pandanganmu ke dalam batinmu
Lihatlah
dirimu
dalam diam
Di dunia
ini dan dunia berikutnya
Jangan kau
perbincangkan ini dan itu
Biarkan ia
yang akan menunjukkan
semuanya kepadamu
gemerlap satu
…. dalam diam
Tentang Jalaluddin
Rumi
Tak ada biografi Rumi
di buku ini. Tapi di bagian pengantar ada keterangan berikut: Rumi hidup dalam
kemasyhuran. Ia menjabat sebagai rector pada sebuah Universitas di Anatolia,
ibukota Konya (sekarang Turki). Pada usia tiga puluh empat tahun ia mempunyai
ratusan murid setia, raja pun termasuk muridnya. Hal yang paling tak bisa
dilupakan dan tercatat dalam sejarah hidup Rumi ialah sebuah peristiwa yang
menandai perubahan dalam keseluruhan hidup Rumi selanjutnya. Yaitu,
pertemuannya dengan seorang darwis pengembara yang bernama Syamsi Tabriz.
Catatan Lain
(Berdasarkan keterangan
di sampul belakang buku) Rumi disebut-sebut sebagai tokoh sufi abad ke-13. Reynold
A.J. Arberry, orientalis Inggris, menyebut Rumi sebagai penyair mistik terbesar
sepanjang zaman: Pada diri Rumi kita
masuki sebuah dunia milik para pujangga besar dunia. Kedalaman pikirannya,
penguasaannya terhadap bahasa, mengukuhkannya sebagai seorang yang luar biasa
jenius di dunia mistisisme Islam. Paus Yohanes XXIII, pada tahun 1958,
pernah menulis pesan khusus: “Atas nama dunia Katolik, saya menundukkan kepala
penuh hormat mengenang Maulana.”
Saat ini pengikut Rumi, para
maulawi, termasyhur di Barat dengan sebutan The
Whirling Dervishes (para darwis yang menari).
Oya, di dalam buku ini, semua puisi
Rumi format penulisannya di tengah-tengah. Saya jadikan rata kiri semua.
Pemenggalan katanya pun ada yang saya sesuaikan dengan selera saya. “Tanggung,”
demikian pikir saya. Buku ini juga memuat daftar istilah dan simbolisme terkait
sufisme di bagian akhirnya. Inilah sekelumit kisah dari buku yang teronggok di
rak Hajri ini.
harga berapa
BalasHapusTidak tau, saya pun pinjam punya teman...
BalasHapusBicara Rumi pastinya bicara
BalasHapustentang cinta, ya sobat.
Syair yang dahsyat, tidak
mudah mengerti awam.
Bila syair diatas dirasa
kurang, tidak ada salahnya
sobat mengunjungi: http://
pebriscreamo.blogspot.com/2014/02/
siapa-di-pintu-ku.html
Atau lebih lengkapnya:
http://
pebriscreamo.blogspot.com
Terima kasih
Blog sampeyan bagus, ngiri saya. (sembari mikir kaya gimana cahaya tanpa warna :)
HapusBicara Rumi pastinya bicara
BalasHapustentang cinta, ya sobat.
Syair yang dahsyat, tidak
mudah mengerti awam.
Bila syair diatas dirasa
kurang, tidak ada salahnya
sobat mengunjungi: http://
pebriscreamo.blogspot.com/2014/02
/siapa-di-pintu-ku.html
Atau lebih lengkapnya:
http://
pebriscreamo.blogspot.com
Terima kasih
puisi yang indah..
BalasHapusTerimakasih ya infonya
BalasHapusVisit juga ya >>> Dewa kesuburan
Thankz kakak :)