Data
Buku Kumpulan Puisi
Judul : Ketika Cinta, Kumpulan Sajak 2006 -2008
Penulis : Ibnu Wahyudi
Penerbit: Bukupop, Jakarta.
Cetakan : I, Mei 2009
Tebal : viii + 96 halaman (95 puisi)
Perwajahan : Nanok K
Ilustrasi sampul dan isi: Ibnu Wahyudi
ISBN : 978-979-1012-36-2
Beberapa pilihan puisi Ibnu Wahyudi dalam Ketika Cinta
Ketika Cinta Terbata Kubaca
ketika cinta terbata-bata kubaca
aku perlu segera bertanya-tanya
atau mencari padanannya dalam kamus
hingga benih yang mengada tak segera pupus
lantaran sejatinya cuma soal sinyal
yang lebih sering datang dengan nada janggal
Ketika Cinta Masih Belum Berlabuh
ketika cintamu belum menentukan pelabuhannya
biarkan layar itu memandu ke setiap cuaca
tapi kalau itu adalah cinta untukku
akan aku nyalakan suar di mercu
biar arahmu tak kandas di cinta palsu
Ketika Cinta Cuma Gerimis
ketika cinta cuma mengirim gerimis
terimalah ia dengan selaksa jendela
kalau pun ia semakin menipis
cintalah jua yang membangun jembatan rasa
di antara kita
Ketika Cinta Serupa Air di Mata
ketika cinta serupa air di mata
coba jaga mata airnya di muara hati
karena sendu bukan untuk etalase
apalagi jika itu hanya sebuah rasa semu
berilah cinta laksana air kehidupan
tak kan henti ia sebagai tetamu
Ketika Cinta Serupa Pesan Singkat
ketika cintamu hanya serupa pesan singkat
sia-sia rasanya mencoba menyimpannya di hati
karena tanpa ragu ia akan lekas bersiloncat
meninggalkan noda yang takkan henti
menyapaku
pedih
Ketika Cinta Berkelebat Menjauh
ketika cintanya berkelebat menjauh
tak perlu kaujerat ia dengan imbauan sayang
biarkan saja kehampaan belaka yang ia rengkuh
sementara kasihmu tetap simpan dalam ruang
nan tak lekang
Ketika Cinta Serupa Asap
ketika cinta-Mu terasa serupa asap
kuharus tahu hari-hariku yang lindap
karena sepertinya aku lebih menuhankanmu
dan engkau pun malah memerosokkanku
ke dalam gelap
ke jalan tanpa rambu
Ketika Cinta Bersua Luka
ketika cinta telah bersua luka
taruhlah amarah di sela hening
lalu endapkan hidup dalam cerita
sehingga ajal pun menjadi bening
Ketika Cinta Tak Kuasa Bersandiwara
ketika cinta tak kuasa lagi bersandiwara
ajak dia kepada kenyataan fabula togata
sehingga dunia lebih berwarna-warni
berseling antara yang fana dan yang nanti
cinta memang bukan buat bersembunyi
atau sekedar untuk berpura melipur hati
karena cinta memang berada di antaranya
: komidi atau tragedi
Ketika Cinta Semburat Pesona Bianglala
ketika cinta menyemburat pesona bianglala
yang tetap diingat adalah kesementaraan
warna-warni itu tetaplah berbatas jangka
cepat lenyap tersapu waktu
yang bergeming selalu
tak peduli rindu
Tentang Ibnu Wahyudi
Ibnu Wahyudi lahir 24 Juni 1958 (tak dijelaskan di buku itu di mana
tempatnya). Menulis puisi sejak tahun 1970-an. Kumpulan puisinya yang pertama
adalah Masih Bersama Musim (2005), yang pada 2006 masuk sepuluh besar
Khatulistiwa Literary Award. Menjadi redaktur Jurnal Puisi. Juga menulis
esai dan artikel budaya yang tersebar di berbagai koran, majalah dan jurnal.
Kini tinggal di Depok, dekat tempatnya mengajar, Universitas Indonesia.
Catatan Lain
Pertama kali melihatnya di rumah Hajri, masih terbungkus sampul plastik, tepat
pada hari penulisnya menjadi Pembicara di Temu Sastra Indonesia Banjarmasin,
November 2012. Sebelum datang ke tempat acara di Hotel Palm, saya memang
singgah ke rumah Hajri di Gg. Keluarga di Pal 6. Niatnya memang mau
mengembalikan buku dan ngajak bareng ke tempat acara. Saya tak tahu darimana
Hajri memperolehnya. Bisa beli, bisa juga dikasih sama penulisnya. Tapi dari
omongan Hajri, yang katanya tadi malam sudah mengajak jalan-jalan para
pembicara (Ibnu Wahyudi, Sihar Ramses Sakti Simatupang, Chavcay Saefullah)
berpelesiran keliling kota Banjarmasin, ada kemungkinan buku ini dikasih
penulisnya. (OK, hajri, konfirmasi di bawah ya...). Hajri, jika tak sibuk,
sering diminta menjadi EO dadakan setiap kali ada sastrawan luar daerah datang
berkunjung kemari. Rumah dan mobilnya siap digunakan. Hehe. Kembali ke cerita,
tetap saja saya berangkat sendiri ke acara TSI karena tak terbiasa dengan jam
karet.
Terus terang baru kali ini
mendengar nama penyair ini. Saya lebih tahu dengan Radhar Panca Dahana (yang
urung datang), Chavcay Saefullah, dan sesekali Sihar Ramses, muncul melalui
media massa. Yang menjadi keunikan di buku ini, ke-95 puisi dalam buku ini
memiliki judul yang diawali dengan kata Ketika Cinta. Kesemua puisinya
pendek, tak ada yang melebihi satu halaman buku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar